Prancis Dukung Sawit Berkelanjutan, Tolak Kampanye Negatif

KAMPANYE hitam dan ancaman boikot yang kerap disuarakan di Uni Eropa tidak menggambarkan sikap seluruh negara di regional itu. Sebab, banyak negara yang justru menolak kampanye negatif dan ancam boikot. Prancis misalnya, bersikap tegas bahwa tindakan semacam itu bukan solusi yang baik dalam menyikapi kelapa sawit.

Prancis Dukung Sawit Berkelanjutan, Tolak Kampanye Negatif
KAMPANYE hitam dan ancaman boikot yang kerap disuarakan di Uni Eropa tidak menggambarkan sikap seluruh negara di regional itu. Sebab, banyak negara yang justru menolak kampanye negatif dan ancam boikot. Prancis misalnya, bersikap tegas bahwa tindakan semacam itu bukan solusi yang baik dalam menyikapi kelapa sawit. Sebaliknya, mendukung upaya pengembangan kelapa sawit berkelanjutan justru merupakan tindakan yang tepat. Menteri Muda pada Kementerian Eropa dan dan Luar Negeri Prancis Jean-Baptiste Lemoyne mengatakan gerakan boikot terhadap produk kelapa sawit bukanlah solusi untuk menangani isu keberlanjutan dalam industri minyak sawit. `Boikot bukan solusi tepat untuk isu ini. Solusi yang tepat adalah mengembangkan teknik pengelolaan (perkebunan) yang bekelanjutan dan menerapkan sertifikasi,` kata Lemoyne dalam keterangan kepada wartawa di Jakarta, Kamis malam (29/11/2018). Menurutnya, pemerintah Prancis mendukung kebijakan pemerintah Indonesia untuk melakukan pembenahan tata kelola industri sawit. Antara lain, menerapkan kebijakan moratorium perizinan perkebunan kelapa sawit dan penerapan kewajiban sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Ia menyatakan kebijakan ini perlu terus didorong karena sejak mandatori ISPO pada 2011 hingga Oktober 2018, baru 2,349 juta hektare dari total 14 juta hektare lahan sawit yang tersertifikasi, dengan total produksi minyak sawit mentah (CPO) mencapai 10,2 juta ton per tahun. Dalam kunjungan ke Indonesia, Lemoyne antara lain bertemu dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Iganisius Jonan.  Selain isu sawit, mereka juga membicarakan ekonomi hijau dan energi terbarukan. Lemoyne juga menyambut baik kebijakan mandatori biodiesel 20 persen (B20) sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan karena dihasilkan dengan campuran produk pertanian seperti minyak sawit. *** (Sumber MI)