Pasar Ekspor Sawit tetap Terbuka Meski ada Diskriminasi

PENGUSAHA kelapa sawit tetap optimistis untuk mengekspor produk kelapa sawit kendatipun pasar Uni Eropa terganggu akibat kebijakan Renewable Energy Directive (RED) II yang dinilai mendiskriminasi sawit. Alasannya, pasar Tiongkok, India, Pakistan, dan Bangladesh masih tetap besar. `Uni Eropa secara kesatuan memang besar, tetapi secara pasar tujuan, konsumsi paling besar adalah Tiongkok, India, termasuk Pakistan dan Bangladesh, serta jangan lupakan Indonesia sebagai pasar domestik.

Pasar Ekspor Sawit tetap Terbuka Meski ada Diskriminasi

PENGUSAHA kelapa sawit tetap optimistis untuk mengekspor produk kelapa sawit kendatipun pasar Uni Eropa terganggu akibat kebijakan Renewable Energy Directive (RED) II yang dinilai mendiskriminasi sawit. Alasannya, pasar Tiongkok, India, Pakistan, dan Bangladesh masih tetap besar. `Uni Eropa secara kesatuan memang besar, tetapi secara pasar tujuan, konsumsi paling besar adalah Tiongkok, India, termasuk Pakistan dan Bangladesh, serta jangan lupakan Indonesia sebagai pasar domestik. Pangsa tiga negara ini merupakan pangsa besar untuk terus dikembangkan,` kata Direktur Keuangan PT Austindo Nusantara Jaya (ANJ) Tbk Lukas Kurniawan, sebagaimana diberitakan Antara (30/3/2019). Lukas mengatakan pemerintah sudah melakukan langkah besar, terutama dalam penyerapan minyak kelapa sawit sendiri sebagai bahan bakar nabati (biofuel) melalui mandatori B20, bahkan kini menuju B30. Menurut dia, meski kelapa sawit Indonesia diterpa diskiriminasi sawit dan kampanye hitam oleh Uni Eropa, pasar di benua Asia masih tergolong potensial. Sebelumnya, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memprediksi ekspor crude palm oil (CPO) dan turunannya pada 2019 tetap tumbuh 4%-5%, meskipun permintaan CPO di dalam negeri dipastikan meningkat seiring dengan program B20. Data Gapki menunjukkan sepanjang 2018 total ekspor CPO dan turunannya mencapai 34,6 juta ton naik sekitar 8 persen dibanding 2017 sebesar 32,1 juta ton. Kendati volume ekspor meningkat, secara nilai, ekspor turun sekitar 11 persen persen pada 2018 menjadi US$20, 54 miliar dibandingkan 2017 sebesar US$22,97 miliar. Selama 2018, ekspor CPO dan turunannya ke India tercatat mencapai 6,71 juta ton, Uni Eropa 4,78 juta ton, Tiongkok 4,41 juta ton. Sedangkan ekspor ke Amerika Serikat (AS) sebesar 1,21 juta ton, serta kumpulan negara nontradisional sebesar 6,44 juta ton. ***