Kilang Dumai Sukses Produksi Green Diesel dari Sawit

PT Pertamina Refinery Unit (RU) II Dumai berhasil memproduksi green diesel atau solar nabati menggunakan katalis produksi dalam negeri dengan teknologi co-processing.

Kilang Dumai Sukses Produksi Green Diesel dari Sawit

DUMAI--PT Pertamina Refinery Unit (RU) II Dumai berhasil memproduksi green diesel atau solar nabati menggunakan katalis produksi dalam negeri dengan teknologi co-processing.

Green diesel D10 itu memiliki kandungan 87,5 persen solar minyak bumi dan 12,5 persen minyak sawit. Sedangkan katalis yang digunakan merupakan adalah Katalis Merah Putih yang dikembangkan Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalis Institut Teknologi Bandung (TRKK ITB) dan diproduksi oleh PT Pupuk Kujang.

“Ternyata kita mampu (produksi green diesel). Kualitasnya juga jauh lebih baik. Pertamina baru mampu menghasilkan 12.000 barel per hari. Kalau sepuluh persennya dari sawit, kita hemat 1.200 barel per hari. Sekarang (komposisi sawitnya) di angka 12,5 persen. Ini harus kita tingkatkan terus supaya menjadi lebih baik di angka 20 persen atau 30 persen,” ungkap Menristekdikti Mohamad Nasir saat mengunjungi Kilang Pertamina Refinery Unit II Dumai, Riau, Kamis (16/5/2019). 

Green diesel atau solar nabati yang diproduksi Pertamina dengan Katalis Merah Putih dari ITB ini tidak hanya menghemat anggaran impor bahan bakar dari fosil, tetapi juga memiliki cetane atau tingkat pembakaran diesel yang lebih bersih dengan emisi atau polusi udara yang lebih sedikit.

“Hasilnya juga lebih baik dari sisi kualitas. Kalau dengan fosil murni, cetane number-nya 51 persen. Kalau dari hasil Katalis Merah Putih ini, cetane-nya 58 persen, jauh lebih baik dan lebih bersih. Nanti pembakarannya lebih sempurna. Ini yang belum pernah ada di Indonesia, bahkan di dunia,” ungkap Nasir.

General Manager Pertamina Refinery Unit (RU) II Dumai Nandang Kurnaedi mengungkapkan Pertamina sedang mempertimbangkan untuk memproduksi lebih banyak green diesel D-10. “Ke depannya untuk swasembada energi, ini akan jadi prospek yang lebih bagus lagi. Untuk target, saya belum bisa tentukan, perlu koordinasi dengan Jakarta, tapi dengan hasil ini kemungkinan pada 2020 engineering-nya mulai,” ungkap Nandang. *** (Sumber: Pertamina/Antaranews.com/Teknologi-Indonesia.com)