Diolah dari Kelapa Sawit, Manfaat Biodiesel Banyak Tak Disadari di Indonesia
Jakarta - Indonesia saat ini merupakan negara yang mencampurkan biodiesel ke dalam solar dengan persentase tertinggi di dunia. Indonesia pada tahun 2015 telah mencapurkan sebesar 15% biodiesel. Kemudian tahun 2023 lalu pencampurannya sudah mencapai 35%. Sebenarnya, beberapa negara lain juga turut mengimplementasikan campuran biodiesel seperti Minnesota, Amerika Serikat dengan pencampuran sebesar 20% pada tahun 2018, kemudian sejak tahun 2011 Kolombia melakukan pencampuran 10%, disusul Malaysia di tahun 2019 dengan besaran 10%.
Lantas, apa yang dimaksud biodiesel?
Dilansir dari berbagai sumber, Rabu (3/7/2024) biodiesel merupakan bahan bakar nabati yang bisa diaplikasikan pada mesin atau motor diesel berupa estel metil asam lemak atau FAME (fatty acid methyl ester). Seperti namanya, bahan bakar ini terbuta dari lemak hewani atau minyak nabati melalui proses yang dinamakan esterifikasi atau transesterifikasi. Hingga saat ini, terdapat sebanyak 34 perusahaan produsen biodiesel dengan total kapasitas yang terpasang sebesar 19,96 juta KL per tahunnya. Untuk diketahui, dalam pencampuran biodiesel 35% atau B35, Indonesia perlu sebanyak 13,2 juta KL.
Minyak kelapa sawit (CPO) merupakan bahan baku utama untuk memproduksi biodiesel. Diperkirakan pada tahun 2024 ini produksi dan stok minyak CPO nasional mencapai lebih dari 57 juta ton dengan alokasi masing-masing untuk ekspor CPO dan produk turunannya sebesar 29,5 juta ton, oleokimia sebesar 1,3 juta ton, pangan sebesar 11,1 juta ton, biodiesel 12 juta ton dan stok sebanyak 3,3 jta ton. Saat ini Program pencampuran Biodiesel B35 adalah satu – satunya program yang dapat menyerap produksi CPO Indonesia di pasar dalam negeri.
Apa manfaat pelaksanaan Program Biodiesel?
Biodiesel sangat bermanfaat untuk sektor ekonomi. Hal ini terbukti pada tahun 2023, pemanfaatan biodiesel Indonesia sebesar 54,42 juta KL sehingga berhasil menurunkan impor solar dan menghemat devisa sebesar Rp404,32 triliun. Di sisi lain, produksi biodiesel ini juga menyumbang nilai tambah CPO dalam negeri sebesar Rp79,1 Triliun. Selain itu, juga menambah pendapatan negara melalui pajak sebesar Rp14,83 Triliun. Selanjutnya, dengan adanya pengolahan biodiesel, Indonesia telah menyerap 6,8 juta pekerja pada lahan perkebunan serta 51.428 pekerja pada industri. Dari sisi lingkungan, biodiesel juga bisa meningkatkan kualitas lingkungan lantaran sifatnya yang mudah terurai atau degradable. Emisi yang dikeluarkan oleh biodiesel pun lebih rendah daripada emisi hasil pembakaran bahan bakar fosil.
Hal tersebut diungkapkan oleh PT. Lemigas dan BPDPKS dalam Laporan Kajian dan Uji Pemanfaatan Biodiesel 30% (B30) pada tahun 2021 silam. Dalam laporan tersebut, kendaraan berbahan bakar B30 menghasilkan emisi karbon yang jauh lebih rendah daripada kendaraan yang menggunakan 100% solar.
Siapa saja penerima manfaat Biodiesel?
Sebagai informasi, biodiesel di Indonesia tidak hanya digunakan untuk sektor transportasi saja. Penggunaannya hampir di semua mesin diesel sepetri sektor alat dan mesin pertanian, kereta api, kapal laut serta alat dan mesin pertambangan. Dalam praktiknya, biodiesel dicampurkan pada tangki milik Pertamina lantas didistribusikan ke seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Indonesia. Dengan kata lain, masyarakat sudah menerima manfaat biodiesel melalui kendaraan yang dikendarai sehari-hari. Dari transportasi, hingga alat dan mesin yang digunakan oleh para petani. Fakta menarik lainnya adalah, meskipun biodiesel kelapa sawit diproduksi dengan harga yang lebih mahal ketimbang solar dari minyak bumi, namun pemerintah tidak membebankan kepada masyarakat untuk membayar perbedaan atau selisih tersebut. Masyarakat tetap membeli biodiesel sesuai dengan harga solar yang ditetapkan oleh pemerintah.
Untuk membayar selisih harga tersebut, pemerintah menugaskan BPDPKS melalui program pendanaan biodiesel menggunakan dana yang dihimpun dari masyarakat sawit yakni pungutan setiap ekspor kelapa sawit dan turunannya.