Produksi CPO Tidak Boleh Berhenti

GABUNGAN Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) berpendapat produktivitas minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di dalam negeri harus tetap dipacu untuk memastikan pasar global CPO tetap dikuasai Indonesia. “Sebab jika Indonesia memangkas produksi, porsi Indonesia di pasar ekspor bakal diisi negara lain,” ujar Ketua Gapki Joko Supriyono dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Menahan Kejatuhan Harga CPO, Menyelamatkan Petani” yang diselenggarakan Investor Daily, di Berita Satu Plaza, Jakarta, Rabu (5/12/2018). Menurutnya, peningkatan produktivitas juga diperlukan untuk mengantisipasi kejatuhan harga, selain dengan beberapa cara lain. Yakni mengendalikan biaya, mengatur arus pasokan dan permintaan domestik, mendesain regulasi yang meningkatkan daya saing, memperkuat ekspor, serta memacu serapan di dalam negeri. Untuk pasar ekspor, Joko menyebutkan pentingnya menghilangkan hambatan perdagangan di pasar potensial.

Produksi CPO Tidak Boleh Berhenti
GABUNGAN Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) berpendapat produktivitas minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di dalam negeri harus tetap dipacu untuk memastikan pasar global CPO tetap dikuasai Indonesia. “Sebab jika Indonesia memangkas produksi, porsi Indonesia di pasar ekspor bakal diisi negara lain,” ujar Ketua Gapki Joko Supriyono dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Menahan Kejatuhan Harga CPO, Menyelamatkan Petani” yang diselenggarakan Investor Daily, di Berita Satu Plaza, Jakarta, Rabu (5/12/2018). Menurutnya, peningkatan produktivitas juga diperlukan untuk mengantisipasi kejatuhan harga, selain dengan beberapa cara lain. Yakni mengendalikan biaya, mengatur arus pasokan dan permintaan domestik, mendesain regulasi yang meningkatkan daya saing, memperkuat ekspor, serta memacu serapan di dalam negeri. Untuk pasar ekspor, Joko menyebutkan pentingnya menghilangkan hambatan perdagangan di pasar potensial. Pembukaan pasar juga perlu dilakukan dengan membuat perjanjian perdagangan bebas, misalnya, dengan India, Turki, dan Pakistan yang sudah menjadi pengimpor produk sawit Indonesia. Dalam forum tersebut, berbicara pula Ketua Umum Asosiasi Petani Sawit Sawitku Masa Depanku (Samade) Tolen Ketaren. Menurutnya, pemerintah perlu memikirkan jalan keluar agar petani sawit swadaya kembali berdaya menyusul harga tanda buah segar (TBS) sawit yang terus menukik. Tolen mengatakan petani sawit swadaya saat ini menghadapi berbagai kesulitan. Pertama, daya beli yang menurun terutama untuk membeli pupuk yang harganya terus meningkat. Mereka  juga kesulitan membeli herbisida guna menyemprot hama.  “Harga pupuk terus naik sementara kita tak mampu mendapatkan pupuk subsidi,” katanya. Sementara itu, peneliti dari BPPT Agus Kismanto menyarankan agar Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit (BPDPKS) perlu memperluas peran pendanaannya untuk mendukung pembuatan kilang pengolahan CPO serta untuk pengembangan pembangkit listrik agar bisa menggunakan bahan bakar CPO. Dia memperkirakan, pembangunan kilang CPO dapat mempercepat penyerapan CPO hingga 20 juta ton per tahun atau 340 ribu barel per hari (bph). Sedangkan dukungan kepada PLN diperlukan agar PLN bisa menyerap CPO untuk dijadikan bahan bakar bagi pembangkit listrik. Pada kesempatan yang sama, Anggota Komisi XI DPR Jhony G Plate menyarankan agar instansi pemerintah perlu melepaskan ego sektoral untuk mendorong penguatan harga CPO. Ia juga menyoroti pentingnya program hilirisasi guna meningkatkan konsumsi minyak sawit di dalam negeri dan tidak bisa ditunda karena produksi sawit nasional yang melimpah. *** (Sumber: Berita Satu/Nasionalisme)