Kebutuhan Minyak Sawit Diperkirakan Meningkat Selama Ramadan
PADA bulan suci Ramadan biasanya permiantaan akan kebutuhan makanan kembali meningkat di Tanah Air. Hal ini tentu berhubungan dengan permintaan produksi minyak kelapa sawit yang juga meningkat, mengingat kebutuhan pada minyak ini untuk produksi makanan juga masih sangat tinggi. ”Dengan daya beli masyarakat yang terus berangsur membaik, industri jadi optimistis untuk menggenjot produksinya,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Minggu (13/5/2018). Selain itu, pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit juga disebabkan beberapa faktor lain.
PADA bulan suci Ramadan biasanya permiantaan akan kebutuhan makanan kembali meningkat di Tanah Air. Hal ini tentu berhubungan dengan permintaan produksi minyak kelapa sawit yang juga meningkat, mengingat kebutuhan pada minyak ini untuk produksi makanan juga masih sangat tinggi.
”Dengan daya beli masyarakat yang terus berangsur membaik, industri jadi optimistis untuk menggenjot produksinya,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Minggu (13/5/2018).
Selain itu, pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit juga disebabkan beberapa faktor lain. Misalnya meningkatnya purchasing manager index (PMI) dan kenaikan harga komoditas. Sementara itu, menilik catatan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), sampai Februari 2018 produksi meinyak kelapa sawit masih menunjukkan penurunan dua persen atau 3,4 juta ton jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.aa
Namun, Sekretaris Jenderal Gapki Togar Sitanggang menyebut penurunan produksi tersebut cukup wajar. Dengan produksi yang masih stabil dan ekspor yang belum meningkat, stok minyak sawit Indonesia tetap terjaga di kisaran 3,5 juta ton hingga akhir Februari 2018.
”Pada bulan mendatang, diperkirakan ekspor mulai meningkat, terutama ke negara-negara Timur Tengah dan Pakistan. Negara tersebut mulai menyiapkan stok untuk menyambut Ramadan,” ujar Togar.
Ekspor menuju Cina juga diperkirakan meningkat. Itu terkait dengan rencana Cina menaikkan tarif impor kedelai dari AS. Tentunya, kebijakan perekonomian Cina tersebut akan semakin mendorong kebutuhan minyak kelapa sdi negeri itu. Indonesia sebagai salah satu pengekspor produksi minyak kelapa sawit terbesar di dunia, diperkirakan akan menerima permintaan yang lebih banyak dari Cina.