Dari Biodiesel B20 Menuju Green Diesel

INDONESIA bukan hanya ingin menerapkan secara penuh biodiesel 20% (B20), tetapi lebih jauh lagi mempertimbangkan untuk menerapkan bahan bakar dengan campuran minyak nabati 100% (B100) alias green diesel. Bahkan rencana ini sudah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo. `Sudah kami usulkan kepada kabinet, Pak Presiden sudah setuju bahwa dari B20 kita lari ke B100.

Dari Biodiesel B20 Menuju Green Diesel
INDONESIA bukan hanya ingin menerapkan secara penuh biodiesel 20% (B20), tetapi lebih jauh lagi mempertimbangkan untuk menerapkan bahan bakar dengan campuran minyak nabati 100% (B100) alias green diesel. Bahkan rencana ini sudah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo. `Sudah kami usulkan kepada kabinet, Pak Presiden sudah setuju bahwa dari B20 kita lari ke B100. Nah B100 ini namanya green diesel,` kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartato (23/7/2018). Namun tentu bukan perkara mudah bagi pemerintah untuk melakukannya. Sebab, langkah ini akan sangat bergantung kepada masyarakat dan tentunya kalangan pengusaha. Itulah mengapa sejak jauh hari, Airlangga sudah mempromosikannya. Menurutnya, green diesel sangat ramah lingkungan, dan bagi Indonesia sendiri punya tingkat keberlanjutan tinggi. `Karena kita punya kelapa sawit dan kelapa sawit itu punya kapasitas untuk dibuat green diesel.` Saat ini, biodiesel untuk tranportasi darat masih menggunakan solar dengan campuran biodiesel 20%  (B20). Implementasinya sedang dipercepat bahkan akan dipacu untuk menerapkan B30. Untuk mendorongnya, Airlangga menawarkan insentif kepada pengusaha untuk mengembangkan green diesel berbasis minyak sawit. Airlangga juga meyakinkan bahwa penerapan green diesel ini tidak akan memberatkan kalangan pengusaha. Sebab, Indonesia sudah punya teknologinya. Selain itu, pengusaha juga tidak perlu banyak melakukan modifikasi pada mesin karena spesifikasinya sama dengan biodiesel B20, bahkan lebih baik dari bahan bakar konvensional. Saat ini terdapat dua pabrik prototipe yang disiapkan mengembangkan green diesel yang berlokasi di Surabaya, Jawa Timur, dan di Kabupaten Pelalawan, Riau. Kedua pabrik itu sudah memiliki teknologi hidrogenasi untuk menciptakan green diesel. “Kita sudah punya prototipe dan dalam tiga tahun akan siap untuk memproduksinya,” tegas Airlangga. Selain itu, green diesel juga sangat ramah lingkungan karena menghasilkan emisi 90% lebih rendah dari pada bahan bakar fosil. Green diesel yang diproduksi dengan bahan baku minyak kelapa sawit memiliki spesifikasi yang sama dengan bensin dan memenuhi kriteria standar emisi Euro IV.  ***