Dirut BPDPKS: Hilirisasi Jadi Kunci Menghadapi Tantangan Kelapa Sawit Kedepan

Dirut BPDPKS: Hilirisasi Jadi Kunci Menghadapi Tantangan Kelapa Sawit Kedepan
Dok. InfoSAWIT/ Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi (Poltek Kelapa Sawit CWE) mengadakan kuliah umum bertajuk

BEKASI – Guna memberikan pemahaman menyeluruh mengenai sektor perkebunan kelapa sawit, Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi (Poltek Kelapa Sawit CWE) mengadakan kuliah umum bertajuk “Peran Generasi Muda Sawit dalam Mendukung Sawit Berkelanjutan”. Acara ini berlangsung di Auditorium Poltek Kelapa Sawit CWE pada Kamis, 13 Juni 2024.Dipandu oleh Faizal Shofwan Kusnendi dari Poltek Kelapa Sawit CWE, kuliah umum ini menghadirkan Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurrachman, sebagai narasumber utama.Eddy Abdurrachman menyampaikan bahwa dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, penting untuk membagi sikap kerja menjadi tiga komponen yakni, 50% pengabdian, kejujuran, dan kerja keras; 30% kepintaran; serta 20% kesehatan diri. Kuliah umum ini dihadiri oleh 550 mahasiswa dari tiga program studi.Eddy juga menguraikan berbagai tantangan yang masih dihadapi sektor perkebunan kelapa sawit, antara lain produktivitas yang masih rendah, kampanye hitam, masalah perkebunan yang berada dalam kawasan hutan, isu legalitas dan perizinan, gangguan usaha dan konflik, serta hambatan akses pasar di beberapa negara tujuan ekspor.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, Eddy menekankan pentingnya hilirisasi atau peningkatan nilai tambah produk kelapa sawit. Hilirisasi ini mencakup berbagai sektor, seperti oleo food complex, oleo chemical, bio energy complex, bio solar (plan), dan sisanya untuk ekspor.Menurut Eddy, luas perkebunan kelapa sawit saat ini mencapai 16,38 juta hektar, dengan 8,68 juta hektar dikelola oleh perkebunan besar swasta, 6,72 juta hektar dikelola oleh petani sawit plasma dan swadaya, serta 980 hektar dikelola oleh perusahaan negara.Untuk memenuhi tuntutan keberlanjutan dan mewujudkan perkebunan kelapa sawit yang ramah lingkungan dan sosial, pemerintah telah menerbitkan kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) sesuai regulasi Perpres No. 44 tahun 2020. Kebijakan ISPO ini mencakup tujuh prinsip keberlanjutan.Pemerintah juga mendorong kebijakan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dan mendorong petani yang sudah melakukan PSR mampu memenuhi sertifikasi ISPO. “Dana hibah untuk PSR mencapai Rp 30 juta per hektar, dengan maksimal pengajuan untuk 4 hektar untuk saat ini,” kata Eddy dalam informasi yang diperoleh InfoSAWIT.
Selain itu, untuk pengembangan sumber daya manusia, BPDPKS telah menerapkan program pendidikan vokasi dan strata satu (S1), dengan 6.255 siswa/siswi penerima beasiswa, di mana sekitar 3.025 siswa/siswi telah lulus. BPDPKS juga mendukung program penelitian dan pengembangan sektor sawit bekerja sama dengan lembaga penelitian dan pendidikan tinggi di Indonesia.Kuliah umum ini menjadi ajang penting untuk meningkatkan pemahaman generasi muda mengenai peran strategis mereka dalam mendukung keberlanjutan industri kelapa sawit. Eddy Abdurachman menegaskan komitmen BPDPKS dalam mendukung pendidikan, penelitian, dan pengembangan untuk kemajuan sektor sawit di Indonesia. (T2)

Sumber