Kontribusi Minyak Sawit di Kawasan Amerika Utara dan Manfaat yang Dibagikan

Minyak sawit menempati urutan ketiga minyak nabati yang dikonsumsi oleh masyarakat Amerika Utara yakni Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko dengan pangsa sekitar 15 persen.

Kontribusi Minyak Sawit di Kawasan Amerika Utara dan Manfaat yang Dibagikan
Suasana pemuatan buah kelapa sawit di salah satu perkebunan sawit di Tanah Air.

Kawasan Amerika Utara yakni Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko merupakan kawasan produsen sekaligus konsumen utama dua minyak nabati utama yakni minyak kedelai dan minyak rapeseed atau minyak kanola. Sementara itu, minyak sawit menempati urutan ketiga minyak nabati yang dikonsumsi oleh masyarakat Amerika Utara dengan pangsa sekitar 15 persen.

Untuk memenuhi konsumsi tersebut, kawasan Amerika Utara memperoleh minyak sawit melalui produksi dan impor (PASPI, 2025 dalam jurnal berjudul Minyak Sawit di Kawasan Amerika Utara dan Membagi Manfaat Sawit).

Berdasarkan data USDA (2024) diketahui bahwa konsumsi empat minyak nabati utama dunia (minyak sawit, minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak bunga matahari) di kawasan Amerika Utara menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.

Volume total konsumsi empat minyak nabati tersebut di kawasan Amerika Utara meningkat dari hanya sekitar 14,1 juta ton tahun 2010 menjadi sekitar 23,8 juta ton pada tahun 2023.

Secara rinci, USDA (2024) memaparkan, konsumsi minyak kedelai meningkat dari sekitar sembilan juta ton menjadi 14 juta ton. Meskipun volumenya meningkat, namun pangsa minyak kedelai cenderung menurun. Pangsa minyak kedelai tahun 2010 masih sekitar 64 persen dan mengalami penurunan menjadi sekitar 60 persen tahun 2023, atau rata-rata pangsa sekitar 62 persen selama periode tersebut.

Minyak nabati yang pangsanya meningkat selama periode tersebut adalah minyak rapeseed yakni dari sekitar 19 persen menjadi 23 persen. Sedangkan pangsa minyak bunga matahari relatif stabil yakni sekitar 1,78 persen. Hal yang menarik adalah pertumbuhan konsumsi minyak sawit di kawasan Amerika Utara yang mengalami peningkatan dari hanya sekitar 1,9 juta ton menjadi sekitar 3,5 juta ton atau meningkat sebesar 84 persen selama periode tersebut (PASPI, 2025).

Minyak sawit di kawasan Amerika Utara terutama digunakan untuk industri pangan. Industri pangan multinational yang berada di kawasan tersebut seperti Nestlé, Kellogg, Mars, Wrigley, dan lainnya yang merupakan industri pengguna minyak sawit. Industri pengguna minyak sawit lainnya adalah industri personal care (khususnya sampo, sabun, deterjen, kosmetik/toiletries) dan industri cleaning product (PASPI, 2024).

Hubungan keempat minyak nabati di pasar kawasan Amerika bersifat komplementer hingga subsitusi (Morgan, 1993; Parcell, 201; Kojima et al., 2016; Cui dan Martin, 2017). Pada segmen pasar tertentu, minyak sawit digunakan melalui pencampuran dengan minyak nabati/bahan lain (komplementer). Pada kondisi di mana terjadi kenaikan harga salah satu minyak nabati maka minyak sawit menjadi produk substitut.

Konsumsi minyak sawit akan meningkat jika harga minyak kedelai meningkat (Tandra et.al., 2022). Tidak hanya impor, kawasan Amerika Utara seperti Honduras, Guatemala, Meksiko, dan Kosta Rika juga memproduksi minyak sawit. Produksi minyak sawit kawasan Amerika Utara mengalami peningkatan dari sekitar 0,8 juta ton menjadi sekitar dua juta ton dalam periode 2010-2023.

Namun, konsumsi minyak sawit kawasan Amerika Utara yang lebih besar dan bertumbuh lebih cepat, berdampak pada produksi minyak sawit di kawasan tersebut tidak mencukupi kebutuhan/konsumsi domestik sehingga sebagian harus bersumber dari impor (USDA, 2024; PASPI, 2025).

Secara relatif, minyak sawit memiliki berbagai keunggulan manfaat dari aspek ketersediaan yang besar dan stabil (availability) dan harga yang relatif kompetitif (affordability) serta relatif sustainable. Sama seperti negara importir minyak sawit lainnya (PASPI Monitor, 2024c), keunggulan tersebut juga dapat dinikmati oleh masyarakat Amerika Utara (PASPI, 2025), di antaranya:

Pertama, minyak sawit dihasilkan dari perkebunan sawit yang produktivitas minyak per hektare sekitar 8-10 kali lipat dari produktivitas minyak nabati lainnya (minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak biji bunga matahari). Rata-rata produktivitas kelapa sawit (CPO+CPKO) mencapai 4,3 ton per hektare.

Sementara itu, produktivitas tanaman rapeseed, bunga matahari, dan kedelai dalam menghasilkan minyaknya berturut-turut hanya sebesar 0,7 ton per hektare; 0,52 ton per hektare; dan 0,45 ton per hektare. Artinya, untuk menghasilkan minyak nabati, minyak sawit jauh lebih efisien menggunakan lahan (PASPI, 2023; PASPI Monitor, 2021a; PASPI, 2025).

Kedua, minyak sawit memiliki volume relatif besar bahkan yang terbesar dalam pasar minyak nabati dunia. Produksi minyak sawit dunia meningkat cepat dan telah melampaui produksi minyak kedelai dunia (PASPI, 2023). Pangsa produksi minyak sawit dalam total produksi empat minyak nabati utama dunia meningkat dari 28 persen tahun 1980 menjadi 43 persen tahun 2023 (USDA, 2024).

Ketersediaan minyak sawit dalam volume yang relatif besar, sesuai untuk memenuhi kebutuhan industri yang umumnya menuntut economic of scale/size tertentu (PASPI, 2025).

Ketiga, pasokan minyak sawit relatif stabil dari bulan ke bulan sepanjang tahun. Minyak sawit (CPO dan PKO) diproduksi dari pohon kelapa sawit setelah berumur empat tahun. Dengan komposisi tanaman yang ideal, tanaman kelapa sawit mampu menghasilkan minyak dengan volume yang stabil setiap bulan sepanjang tahun hingga pohon berumur 25 tahun. Stabilitas pasokan minyak sawit yang demikian memberi kepastian penyediaan minyak sawit yang diperlukan industri-industri pengguna (PASPI, 2025).

Keempat, minyak sawit merupakan bahan baku yang penggunaanya sangat luas untuk produk oleofood complex misalnya minyak goreng, margarin, shortening, cokelat, mie, biskuit, roti maupun produk pangan lainnya, maupun untuk produk personal care (termasuk toiletries, kosmetik, makeup, produk kebersihan, lubrikan, dan lain-lain), serta produk biofuel (PASPI, 2023).

Komposisi minyak asam lemak tak jenuh dan asam lemak jenuh yang seimbang, memberikan ruang yang luas dan fleksibel untuk digunakan bersama-sama dengan minyak nabati lain (PASPI, 2025).

Kelima, harga minyak sawit yang jauh lebih murah dibandingkan harga minyak nabati lainnya jelas mencerminkan bahwa minyak sawit lebih affordable dibandingkan minyak nabati lainnya.

Minyak sawit lebih terjangkau untuk dimanfaatkan industri pangan dunia yang konsumen akhirnya umumnya berpendapatan menengah ke atas. Minyak sawit juga lebih affordable bagi masyarakat dunia yang berpendapatan menengah ke bawah (PASPI, 2023; PASPI Monitor, 2021b, 2024b; PASPI, 2025).