Kaum Milenial Perlu Ikut Andil Jawab Tantangan di Industri Sawit Nasional

JAKARTA—Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mengajak segenap kaum milenial untuk turut serta merespons tantangan yang dihadapi industri kelapa sawit nasional. Kaum muda merupakan aset penting bagi Indonesia dalam upaya menerapkan kelapa sawit berkelanjutan sehingga peran sertanya sangat dinantikan.

Kaum Milenial Perlu Ikut Andil Jawab Tantangan di Industri Sawit Nasional

Hal tersebut disampaikan Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana BPDPKS Kabul Wijayanto saat menyampaikan paparan di hadapan peserta DigiTalk Sawit Sumatera Regional II yang digelar melalui telekonferensi, Senin (13/7/2020). “Kaum muda sekarang ini sudah menjadi bagian penentu dari proses pembangunan, khususnya bagi sawit yang merupakan komoditas strategis. Peran mahasiswa dan kaum muda inilah yang kami tunggu,” ujar Kabul.

Hadir pula dalam acara yang digelar atas kerjasama BPDPKS dengan Warta Ekonomi ini, Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Tofan Mahdi dan Pemimpin Redaksi Warta Ekonomi M Ichsan.

Menurut Kabul, sejumlah tantangan tengah dihadapi industri sawit nasional dari hulu sampai ke hilir. Kalangan muda diharapkan turut berkiprah dengan menjadi bagian dari pengembangan sawit nasional. “Salah satu tujuan pendirian BPDPKS adalah untuk menjawab tantangan tersebut,” tegas Kabul.

Tantangan dimaksud antara lain, banyaknya pohon milik petani yang kurang produktif karena berusia tua lebih dari 20 tahun. Itulah sebabnya pemerintah menggelar program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Tantangan lainnya adalah perlunya meningkatkan keterampilan petani sehingga pendapatan petani tidak hanya dari penjualan tandan buah segar.

Tantangan juga muncul dari kualitas pohon sawit milik petani akibat bibit yang tidak baik. “Kualitas bibit mempengaruhi tingkat rendemen yang rendah. Inilah tantangan yang harus dihadapi petani saat ini,” tutur Kabul.

Ia juga menyebutkan adanya tantangan dari sektor produksi, yakni biaya produksi yang tinggi. Hal ini terjadi karena kurangnya sarana dan prasarana untuk pengolahan, penyimpanan, dan transportasi. Selain itu, diperlukan juga pengembangan pasar untuk menyerap hasil produksi yang meningkat agar tidak terus bertumpu pada penjualan CPO.

Tantangan besar lain yang dihadapi industri sawit nasional adalah adanya kampanye negatif baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Dalam hal ini industri sawit diserang melalui isu lingkungan dan kesehatan.

Sementara itu, dalam pemaparannya, Tofan Mahdi dan M Ichsan sependapat bahwa kampanye negatif tersebut harus dilawan melalui upaya promosi dan penyebaran informasi positif mengenai sawit. Termasuk kepada kalangan muda. “Sampai saat ini masih banyak hoax yang muncul mengenai sawit, bahkan tiap hari selalu saja ada hoax,” kata M Ichsan.

Menegaskan hal tersebut, Tofan memberikan contoh bahwa banyak informasi yang beredar yang tidak sesuai dengan fakta. “Sawit misalnya diserang dari isu lingkungan terkait alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian. Faktanya sawit merupakan tanaman yang paling efisien dibandingkan tanaman minyak nabati lain.” ***