BPDPKS Gelar Sosialisasi dan Expo Sawit Baik di Jepara

BPDPKS Gelar Sosialisasi dan Expo Sawit Baik di Jepara
Dihadapan ratusan anggota PGSI, Fathan Subchi menyatakan Indonesia merupakan produsen sawit terbesar di dunia.

JEPARA - Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), sebuah unit non-eselon di bawah Kementerian Keuangan yang mengelola dana perkebunan kelapa sawit menggelar sosialisasi dan expo sawit baik di RM Maribu Pengkol pada Senin 17 April 2023.

 

Gelar Sosialisasi dan Expo Sawit Baik di Jepara.

 

Sosialisasi bertema Hilirisasi Produk Turunan Kelapa Sawit untuk Kebangkitan Ekonomi Rakyat tersebut antara lain dihadiri oleh: Drs. H. Fathan Subchi, Wakil Ketua Komisi XI FPKB DPR RI, Ulil Albab (Tenaga Ahli DPR RI) dan Direktur Utama BPDPKS Eddy Abdurrachman serta Sri Rochayatiningsih, Ketua Pengurus Daerah Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGSI).

Dihadapan ratusan anggota PGSI, Fathan Subchi menyatakan Indonesia merupakan produsen sawit terbesar di dunia. Berdasarkan data United States Department of Agriculture (USDA), Indonesia dan Malaysia adalah produsen minyak sawit terbesar di dunia. USDA memproyeksikan produksi CPO Indonesia bisa mencapai 45,5 juta metrik ton (MT) pada periode 2022/2023, dan produksi CPO Malaysia 18,8 juta MT.

 

“Produksi CPO ini harus sebesar-besar dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat. Melalui Menteri keuangan, kami di komisi XI DPR RI mendorong agar tata kelola sawit nasional bermanfaat bagi kebangkitan ekonomi rakyat. Petani sawit mesti mendapatkan harga yang baik bagi peningkatan kesejahteraannya”, kata Fathan.

Lebih lanjut, sekretaris FPKB DPR RI ini berharap agar produk minyak kelapa sawit dan turunannya dapat diolah menjadi bahan pangan berupa margarin, shortening, frying fat, coating fat, coffee whitener, pengisi susu, hingga krimmer biscuit ini dapat memberikan nilai ekonomi yang lebih baik.

“Sawit juga bisa menghasilkan biodiesel yang dapat menggantikan bahan bakar fosil yang makin menipis ketersediannya. Dengan bahan bakar kendaraan yang ramah lingkungan, akan mengurangi pencemaran udara dan menjadikan Indonesia menjadi salah satu negara berbasis ekonomi hijau (green-economic) yang berkelanjutan”, kata politisi Senayan asal daerah pemilihan Jawa Tengah 2 yang meliputi: Demak, Kudus dan Jepara.

Sementara itu, Direktur Utama BPDPKS Eddy Abdurrachman melalui Kepala Divisi Perusahaan BPDPKS Achmad Maulizal Sutawijaya, menyebutkan peran penting sawit bagi perekonomian Indonesia. Peremajaan kelapa sawit di Indonesia bisa menjadi tumpuan industri oleokimia, antara lain berupa fatty acids, fatty alcohol dan glycerin, dan biodiesel.

“Indonesia dengan letak geografis yang berada di garis katulistiwa kurang dari 4 derajat lintang utara dan 4 derajat lintang selatan, sangat cocok bagi kelapa sawit. Untuk itu, Indonesia perlu menjaga ketersediaan pasokan minyak sawit agar produk turunannya bisa memacu kebangkitan ekonomi rakyat pasca pandemic covid-19”, kata Maulizal Sutawijaya.

Dalam sesi tanya jawab, Arif Ismono seorang guru swasta anggota PGSI dari Pecangaan mempertanyakan mengapa harga minyak kelapa sawit bermerk harganya mahal, padahal Indonesia produsen terbesar sawit terbesar di Dunia.

“Mengapa minyak goreng bermerk harganya masih sangat mahal? Walaupun sudah ada minyak goreng subsidi, tetapi harganya juga dirasakan memberatkan”, kata Arif Ismono.

Menanggapi hal tersebut Maulizal menyebut perlu dikembangkan sawit merah yang dihasilkan dari perkebunan rakyat. “Jika sawit merah diproduksi rakyat secara massal, harganya hanya antara 8000 sampai 9000 rupiah”, pungkas Maulizal.

ua/yank

Sumber