Perkebunan Sawit pun Punya Roadmap

Siapa bilang perkebunan sawit Indonesia berjalan tanpa arah. Salah besar jika ada yang menganggapnya demikian.

Perkebunan Sawit pun Punya Roadmap

Siapa bilang perkebunan sawit Indonesia berjalan tanpa arah. Salah besar jika ada yang menganggapnya demikian. Sebab, sumber daya manusia (SDM) di perkebunan sawit juga mempunyai road map atau peta jalan untuk memperkuat eksistensi mereka.

Paling tidak, menurut Direktur Badan Pengelola Dana Kelapa Sawit (BPDPKS) Bayu Krisnamurthi, sudah ada peta untuk melihat apa yang sedang dilakukan dan kemana arah mereka selanjutnya. Road map tersebut mencakup tiga hal utama, yakni produktivitas, sustainability, dan pengembangan produk.

“Produktivitas tentu menjadi isu paling krusial terutama perkebunan rakyat harus didorong produktivitasnya. Kedua, soal  sustainability baik dalam praktik kebun dengan tidak melakukan pembakaran maupun mengeringkan habis gambut. Sedangkan terakhir adalah pengembangan produk, artinya petani juga harus didorong agar tidak hanya menghasilkan TBS melainkan produk turunan yang memiliki nilai tambah tinggi,” jelas Bayu seusai mengisi Kuliah Umum bertajuk Sawit Indonesia Lebih Berkelanjutan di Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi (CWE), belum lama ini.

Program pengembangan SDM sawit dari BPDPKS telah dimulai dengan bekerjasama dengan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), Institut Pertanian Stiper (INSTIPER) Yogyakarta, dan Politeknik CWE dengan memberikan beasiswa pelatihan teknis kebun kelapa sawit setara Diploma 1 kepada 300 peserta yang merupakan anak-anak petani swadaya dari 10 Provinsi.

Para penerima beasiswa ini akan berkuliah di Instiper Yogyakarta dan Politeknik CWE selama 9 bulan yang telah dimulai sejak awal Agustus untuk mendapatkan materi soal teknis perkebunan sawit teknis perkebunan sawit mulai dari pembibitan hingga proses panen, administrasi perkebunan hingga praktik lapangan di perusahaan perkebunan sawit.

Ditambah dengan materi soal koperasi, karena para penerima beasiswa ini diproyeksikan untuk kembali ke daerahnya guna memperkuat kelembagaan koperasi petani sawit di daerahnya masing-masing. Setelah selesai menjalani kuliah selama 9 bulan penerima beasiswa ini kemudian akan mengikuti uji kompetensi yang indikator-indikator kompetensinya akan disesuaikan dengan Kualifikasi Kerja Nasional (KKNI) terkait SDM di perkebunan sawit.

“Saat ini kita memang fokus untuk Diploma 1 karena kita ingin segera ada hasil dan agar mereka bisa segera kembali ke daerahnya masing-masing. Meskipun kita juga sediakan beasiswa untuk D3, Sarjana, Master dan Doktor pun kita ada meskipun itu masih menggunakan konsep yang lama. Nanti kalau sudah ada roadmap yang baru kita bisa memiliki konsep yang lebih jelas,” papar Bayu.

Bayu menambahkan, selain diharapkan mampu memperkuat koperasi petani di daerahnya masing-masing, program beasiswa ini juga akan dikembangkan dan diintegrasikandengan program lainnya yang terkait, seperti peremajaan kebun sawit. ***