Eropa Hambat Sawit RI, Lion Air Ancam Batal Beli Airbus

MENANGGAPI kebijakan diskriminatif terhadap produk kelapa sawit Indonesia oleh Uni Eropa, perusahaan penerbangan Lion Air mengancam akan membatalkan pembelian pesawat Airbus. Lion Air berpendapatan kebijakan itu mengancam ekspor produk kelapa sawit dan turunannya, termasuk biodiesel Indonesia. Airbus merupakan pesawat yang diproduksi beberapa negara di Eropa dengan perakitan dipusatkan di Toulouse Prancis dan Hamburg Jerman.

Eropa Hambat Sawit RI, Lion Air Ancam Batal Beli Airbus
MENANGGAPI kebijakan diskriminatif terhadap produk kelapa sawit Indonesia oleh Uni Eropa, perusahaan penerbangan Lion Air mengancam akan membatalkan pembelian pesawat Airbus. Lion Air berpendapatan kebijakan itu mengancam ekspor produk kelapa sawit dan turunannya, termasuk biodiesel Indonesia. Airbus merupakan pesawat yang diproduksi beberapa negara di Eropa dengan perakitan dipusatkan di Toulouse Prancis dan Hamburg Jerman. “Kita kan juga minta keadilan. Mungkin kalau keadilan hanya tuhan yang punya, kesetaraan lah. Kalau kita beli, ya Anda beli juga dong punya kita,` ujar Chief Executive Officer (CEO) Lion Air Group Edward Sirait di sela-sela penandatanganan MoU pengembangan bioavtur antara Lion Air dengan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) di Jakarta, Selasa (10/4/2018). Lion Air berencana menambah 36 pesawat tahun ini. Yakni, 3 unit Airbus A320, 20 unit ATR72 500/600, 4 unit Boeing 737 MAX 9, 2 unit Boeing 737/900ER, 4 unit Boeing 737-800, dan 3 unit Boeing 737 MAX 8. Lion Air Group juga menyepakati pembelian 380 unit mesin jet senilai US$5,5 miliar (Rp 74,25 triliun) dari CFM International. Seluruh mesin itu akan dipasangkan di pesawat Airbus A320neo/ A321neo yang telah dipesan perusahaan sejak Maret 2013. Menurut Edward ancaman tersebut merupakan upaya untuk meminta kesetaraan dalam perdagangan. Saat ini, produk kelapa sawit dan turunannya dari Indonesia dihambat untuk masuk ke Uni Eropa. Belum lama ini, Parlemen Uni Eropa bahkan mengesahkan pelarangan penggunaan biodiesel berbahan dasar kelapa sawit. Indonesia memandang kebijakan Parlemen Uni Eropa ini sebagai tindakan diskriminatif. ***