Dana Sawit Wujudkan Impian Anak Petani untuk Kuliah

MENEMPUH sekolah tinggi seringkali menjadi problema tersendiri bagi kelompok masyarakat di perkebunan kelapa sawit. Sejumlah hambatan dan keterbatasan seringkali menjadikan cita-cita  menempuh pendidikan tinggi sekadar mimpi yang tidak pernah terwujud. Namun, kesulitan semacam itu sedikit demi sedikit berkurang ketika campur tangan pemerintah hadir di sana.

Dana Sawit Wujudkan Impian Anak Petani untuk Kuliah
MENEMPUH sekolah tinggi seringkali menjadi problema tersendiri bagi kelompok masyarakat di perkebunan kelapa sawit. Sejumlah hambatan dan keterbatasan seringkali menjadikan cita-cita  menempuh pendidikan tinggi sekadar mimpi yang tidak pernah terwujud. Namun, kesulitan semacam itu sedikit demi sedikit berkurang ketika campur tangan pemerintah hadir di sana. Seperti halnya yang dilakukan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang menyediakan program beasiswa. Dana bantuan pendidikan dari Badan Layanan Umum (BLU) yang mengelola dana sawit ini memberikan kesempatan bagi anak-anak petani dan buruh sawit untuk melanjutkan pendidikan tinggi di berbagai kota di Indonesia. Dana bantuan yang berasal dari dana pungutan sawit itu berupa biaya pendidikan, uang saku, uang buku, biaya asrama, transportasi, dan lain-lain. Tentunya, kehadiran bea siswa semacam ini dirasakan sangat membantu petani dan buruh sawit. Rizky Jaya Pratama, misalnya, mendapat kesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi vokasi atas bea siswa BPDPKS yang difasilitasi oleh Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Riau. Putra Muliono, petani sawit dari Areal 100 Desa Belutu, Kecamatan Kandis, Kabupaten Siak, Riau itu menempuh pendidikan Diploma di Institut Pertanian Stiper (Instiper), Yogyakarta. Atas keberhasilannya memperoleh beasiswa, pihak Apkasindo Riau merasa perlu untuk menyelenggarakan upacara tepung tawar yang merupakan tradisi Melayu sebagai syukuran bagi Rizky. “Bagi saya ini seperti mimpi karena tidak terbayang (anak) bisa dapat beasiswa,” jelas Muliono. Muchlisin, salah seorang calon mahasiswa asal Riau juga mengucapkan rasa syukur karena tidak pernah terbayangkan sebelumnya bisa kuliah di Instiper. “Semenjak SMP, saya ingin kuliah di Instiper dan sekarang keinginan ini telah tercapai,”ujarnya. Tidak hanya Rizky dan Muchlisin, terdapat 113 anak petani dan buruh sawit dari Riau yang mendapat beasiswa dari BPDPKS. Mereka menempuh pendidikan di Institut Pertanian Stiper, Yogyakarta dan Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi di Bekasi, Jawa Barat. Program bea siswa antara lain juga diberikan kepada anak petani dan buruh sawit untuk menempuh pendidikan diploma di Politeknik Perkebunan LPP, Yogyakarta, yang pada 22 Oktober 2018 memulai perkuliahan perdana. Untuk program diploma tahun ini, bekerja sama dengan Apkasindo, BPDPKS menyalurkan bea siswa kepada 300 mahasiswa Diploma I dan 90 Diploma III. Kegembiraan serupa juga dirasakan anak-anak petani dan buruh sawit dari Kalimantan Selatan. Untuk tahun ini, sebanyak lima anak melanjutkan pendidikan tinggi atas bea siswa dari BPDPKS. Dari lima anak tersebut, tiga di antaranya menempuh jenjang pendidikan S1. Sedangkan tahun 2017, sebanyak 17 anak dari Kalsel dikirim ke berbagai kota untuk menempuh pendidikan tinggi melalui program yang sama. Menurut Ketua BPD Apkasindo Kalsel, H Syamsul Bahri, program semacam ini perlu dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia di bidang kelapa sawit. “Diharapkan program seperti ini dapat terus berlanjut agar nantinya anak-anak petani ini bisa mengembangkan kebun kelapa sawitnya,” ujar Syamsul. (Sumber: Sawit Indonesia, Tribun Banjarmasin) *** ``