Turunkan Bea Masuk CPO menjadi 2,5%, Impor Minyak Sawit India Meningkat Signifikan pada September 2021

Turunkan Bea Masuk CPO menjadi 2,5%, Impor Minyak Sawit India Meningkat Signifikan pada September 2021
Foto Ilustrasi: India merupakan salah satu konsumen terbesar minyak nabati yang banyak digunakan dalam pembuatan makanannya. (Dok. Anwar/Canva)

New Delhi – Pemerintah India kembali lakukan penurunan tarif bea masuk untuk produk crude palm oil (CPO), crude soybean oil, dan crude sunflower oil menjadi 2,5%. Penurunan tarif bea masuk juga diberlakukan untuk produk refined palm oil, refined soybean oil, dan refined sunflower oil menjadi 32,5%. Tarif ini telah berlaku sejak tanggal 11 September 2021 sesuai keterangan resmi dari Department of Revenue Ministry of Finance India pada Jumat, (10/9) yang lalu.

Dalam keterangan yang sama, tarif pungutan Agri-cess untuk produk CPO dinaikkan dari 17,5% menjadi 20%.

Langkah penyesuaian diambil Pemerintah India menyikapi tingginya harga minyak nabati dan memastikan ketersediaan minyak nabati kepada konsumen domestik dengan harga yang wajar. Bea masuk minyak nabati merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi harga minyak nabati dan harga domestik di India.

Dikutip dari Reuters pada Jumat (1/10), para pialang menyampaikan bahwa dampak penurunan tarif bea masuk, serta menjelang perayaan-perayaan utama seperti Dhanteras dan Diwali, meningkatkan impor minyak sawit India pada September 2021 (YoY) lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun lalu ke angka 1,4 juta ton.

“Total impor minyak nabati India pada September melonjak 72% dari tahun lalu ke angka 1,8 juta ton, termasuk lebih dari 400 ribu ton refined palm oil, “ ujar Sandeep Bajoria, kepala eksekutif pialang minyak nabati Sunvin Group.

Data dari The Solvent Extractors’ Association, sebuah asosiasi minyak nabati utama India yang berbasis di Mumbai, menunjukkan impor minyak nabati India pada September 2020 sebesar 1,04 juta ton, dengan proporsi impor minyak sawit (CPO & RBD Palm Olein) sebesar 627 ribu ton. 

The Solvent Extractors' Association, sebagaimana dilansir Reuters, kemungkinan akan mempublikasikan data resmi jumlah impor minyak nabati untuk September 2021 pada pertengahan Oktober.

Sebelum pemberlakuan kebijakan tarif bea masuk ini, Pemerintah India telah mengambil serangkaian langkah antara Februari 2021 s.d Agustus 2021 untuk memitigasi kenaikan harga minyak nabati. Beberapa diantaranya termasuk:

  • Rasionalisasi bea masuk melalui penurunan tarif standar bea masuk CPO menjadi 10% dan tarif refined palm oil menjadi 37,5%, yang berlaku sejak 30 Juni 2021 sampai dengan 30 September 2021.
  • Pada 30 Juni 2021, mengubah kebijakan impor atas produk refined palm oil dari “restricted” menjadi “free” untuk jangka waktu sampai dengan 31 Desember 2021. Selanjutnya, refined palm oil tidak diizinkan melalui pelabuhan mana pun di Kerala.
  • Pada 19 Agustus 2021, menurunkan tarif standar bea masuk crude soybean oil dan crude sunflower oil menjadi 7,5% serta tarif refined soybean oil dan refined sunflower oil menjadi 37,5%, yang berlaku sejak 20 Agustus 2021.

Mengacu pada keterangan resmi terbaru, bea masuk minyak nabati ke India sebelum dan sesudah penyesuaian tarif dapat ditabulasikan sebagai berikut:

Sumber: Press Information Bureau Government of India, http://pib.gov.in

Disampaikan seorang pialang yang berbasis di Mumbai bahwa Indonesia sebagai produsen minyak sawit utama, memasok sebagian besar impor minyak sawit India pada bulan September karena menawarkan harga refined palm oil yang lebih kompetitif daripada pemasok Malaysia.

India merupakan salah satu pengguna terbesar minyak nabati dunia. India mengimpor minyak sawit dari Indonesia dan Malaysia. India juga mengimpor minyak bunga matahari (sunflower oil) dan minyak kedelai (soybean oil) dari Argentina, Brazil, Ukraina, dan Russia. ***(Anwar/BPDPKS/Reuters)