Alasan Sawit Lebih Dipilih untuk Campuran Makanan

MINYAK kelapa sawit ternyata merupakan produk yang popular dan menjadi pilihan untuk dipakai pada makanan olahan di dunia dibandingkan minyak nabati lainnya.

Alasan Sawit Lebih Dipilih untuk Campuran Makanan

MINYAK kelapa sawit ternyata merupakan produk yang popular dan menjadi pilihan untuk dipakai pada makanan olahan di dunia dibandingkan minyak nabati lainnya. Sifat alaminya yang unik serta nilai ekonominya yang lebih menguntungkan menjadi faktor utama yang mendorong penggunaan minyak kelapa sawit.

Menurut pakar teknologi makanan dari Inggrirs,  Kurt G. Berger yang diwawancari the Oil Palm, produsen makanan lebih memilih minyak sawit ketimbang produk minyak nabati lain karena banyak faktor. Antara lain, makanan yang menggunakan sawit memiliki daya tahan yang lebih lama setelah dibungkus.

Sebuah riset yang disponsori Uni Eropa membuktikan hal tersebut. Dalam riset tersebut, sebuah produk makanan ringan dicampur dengan kandungan oleic acid yang tinggi dari minyak bunga matahari. Dalam hal ini, olein dari sawit digunakan sebagai standarnya. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua minyak berpengaruh baik terhadap makanan ringan tersebut. Namun, produk yang menggunakan olein dari sawit memiliki daya tahan yang lebih lama untuk dipajang di rak toko dan harganya pun lebih murah.

Selain itu, dari sisi teknologi teknologi makanan, minyak sawit memiliki keunggulan karena bersifat semi-solid pada suhu lingkungan dan mencair pada suhu 35 derajat celcius. Sementara, minyak nabati lain umumnya berbentuk cair. Hal tersebut terjadi karena 50% kandungan minyak sawit berupa saturated acids, umumnya palmitic dan stearic.

Minyak sawit juga lebih banyak digunakan pada makanan di Eropa. Menurut Berger hal ini tidak terlepas dari latar belakang sejarah penggunaan lemak pada makanan. Menurutnya, hingga akhir abad ke-19, orang-orang Eropa menggunakan lemak hewan seperti mentega, lemak sapi, dan lemak babi untuk digunakan pada kue, roti, dan biskuit.

Namun, seiring dengan bertambahnya populasi manusia, pasokan lemak hewan menjadi tidak mencukupi dan semakin semakin terbatas. Saat itu sudah ada penemuan margarin untuk menggantikan mentega. Karena itu, sejak awal abad ke-20, lemak dari minyak nabati mulai digunakan dan diimpor. Apalagi, teknologi untuk membuat minyak nabati lebih bersih juga sudah dikembangkan.

Penggunaan minyak sawit juga bisa memangkas biaya produksi makanan, karena minyak sawit bisa diproduksi dengan pemanasan dan pengepresan sederhana, sementara minyak nabati lain tidak bisa. Penanaman pohon kelapa sawit juga jauh lebih murah ketimbang minyak nabati lain. Sehingga selisih biaya per hektare kelapa sawit jauh lebih besar ketimbang minyak nabati lain. Produktivitas yang tinggi inilah yang membuat sawit jauh lebih menguntungkan dari sisi harga. ***