PPKS Kembangkan Elaeis oleifera untuk Perbaikan Kualitas Minyak Kelapa Sawit

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) bekerja sama dengan Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen), dan Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia (PPBBI) melaksanakan penelitian yang berjudul Analisis Resequencing dan Perbanyakan Klonal Hibrida Elaeis oleifera x Elaeis guineensis (Hibrida OG). Penelitian terdiri dari dua kegiatan utama yaitu: (1) resequencing pada populasi E.

PPKS Kembangkan Elaeis oleifera untuk Perbaikan Kualitas Minyak Kelapa Sawit
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) bekerja sama dengan Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen), dan Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia (PPBBI) melaksanakan penelitian yang berjudul Analisis Resequencing dan Perbanyakan Klonal Hibrida Elaeis oleifera x Elaeis guineensis (Hibrida OG). Penelitian terdiri dari dua kegiatan utama yaitu: (1) resequencing pada populasi E. oleífera beserta keturunannya untuk menggali marka single nucleotide polymorphism (SNP) yang akan digunakan sebagai alat bantu seleksi, dan (2) perbanyakan klonal dengan teknologi temporary immersion system (TIS). Material kelapa sawit E. oleifera yang digunakan adalah E. oleifera Brazil dan Suriname yang diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1952. Minyak sawit dari E. oleifera memiliki kandungan asam lemak oleat dan linoleat lebih tinggi dibandingkan kandungan oleat pada kelapa sawit komersial saat ini (E. guineensis). Selain itu, E. oleifera juga memiliki beberapa karakter unggul lain, yaitu laju pertumbuhan yang lambat dan kandungan karoten. Penelitian ini telah dimulai sejak tahun 2016 melalui pembiayaan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dengan output diperolehnya marka molekuler yang dapat digunakan untuk mempercepat siklus seleksi untuk hibrida OG dengan sifat agronomis yang diinginkan, dan menghasilkan metode perbanyakan secara kultur jaringan untuk turunan E. oleifera. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi kandungan asam oleat dan karoten pada populasi liar (wild type) E. oleifera, populasi F1 (hasil persilangan E. oleifera x E. guineensis), dan populasi BC1 (hasil persilangan F1 x E. guineensis) :
  1. Kandungan asam oleat pada populasi liar sebesar 67% (Suriname) dan 57% (Brazil). Sementara, rerata kandungan oleat pada populasi F1 Suriname dan Brazil masing-masing sebesar 47% dan 49%, kandungan oleat populasi BC1 sebesar 43%. Kandungan oleat pada populasi turunan oleifera relatif lebih tinggi dibandingkan kandungan oleat pada kelapa sawit komersial E. guineensis (39%). Beberapa individu terpilih pada populasi F1 memiliki kandungan oleat hingga 64%.
  2. Kandungan karoten pada individu terpilih dari populasi F1 dan BC1 Brazil masing-masing sebesar 2868 ppm dan 2756 ppm. Arsitektur tanaman (parameter pertumbuhan meninggi, lingkar batang bawah, panjang pelepah, jumlah dan ukuran anak daun, serta lebar dan tebal petiole) menunjukkan bahwa populasi turunan oleifera asal Suriname lebih kompak dibandingkan dengan E. oleifera asal Brazil dan populasi E. guineensis komersial.
  3. Kandungan vitamin E pada populasi penelitian menunjukkan keturunan oleifera memiliki kandungan vitamin E yang lebih rendah dibanding E. guineensis. Untuk nilai total vitamin E, yang paling tinggi ditemukan pada F1 Brazil yaitu 518,47 ppm. Nilai ini masih lebih rendah dibanding vitamin E pada DxP yang rata-rata 824,59 ppm, meskipun bila dilihat per satuan sampel, terdapat individu dari F1 E. oleifera Brazil yang memiliki kandungan vitamin E 753,81 ppm.
  4. Dari hasil resequencing genome pada 12 sampel yang mewakili masing-masing populasi program pemuliaan oleifera, telah diperoleh lebih dari 34 juta marka SNP, dimana 5000 marka di antaranya telah digunakan dalam genotyping individu pemetaan yang telah diketahui karakter fenotipenya. Melalui analisis genomewide association diharapkan akan diperoleh marka SNP yang berkaitan erat dengan karakter unggul.
Teknik kultur jaringan menjadi sangat penting bagi perbanyakan turunan E. oleifera. Hal ini disebabkan karena sulitnya perbanyakan generatif hasil persilangan E. oleifera dengan E. guineensis  melalui persilangan konvensional. Keluaran penelitian berupa paket teknologi media untuk induksi kalus turunan E. oleifera yang dapat digunakan dalam perbanyakan menggunakan TIS untuk tujuan komersial. Penggunaan TIS akan memungkinkan diperolehnya klon dengan multiplikasi tinggi, homogen dan persentase abnormalitas yang rendah (kurang dari 5%). Pada penelitian ini, telah dilakukan kultur jaringan terhadap sumber ortet F1 Brazil, F1 Suriname, backcross (BC) Brazil dan BC Suriname. Secara kuantitas dan kualitas, kultur sumber ortet BC Brazil menunjukkan respon terbaik dengan hasil pertumbuhan dan perkembangan kalus embriogenik sampai dengan embrio somatik terbanyak.  Kultur terhadap sumber ortet F1 Brazil dan F1 Suriname telah menunjukkan adanya pertumbuhan dan perkembangan kalus embriogenik sampai dengan terbentuknya embrio somatik muda (fase globular). Melalui pemanfaatan E. oleifera dalam kegiatan pemuliaan kelapa sawit dan tersedianya teknologi perbanyakan melalui kultur jaringan diharapkan dapat diperoleh lini-lini genetik untuk perakitan varietas kelapa sawit baru dengan keunggulan dalam kandungan oleat, karoten, dan vitamin E. (MYusa)[:]