29,30% Lahan Sawit Indonesia Bersertifikat ISPO

Sekretariat Komisi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) hingga saat ini telah menyerahkan 502 sertifikat ISPO kepada pelaku usaha sawit nasional dengan luas lahan mencapai 4.115.434 Hektare atau 29,30?ri total 14,3 juta lahan sawit.

29,30% Lahan Sawit Indonesia Bersertifikat ISPO

JAKARTA--Sekretariat Komisi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) hingga saat ini telah menyerahkan 502 sertifikat ISPO kepada pelaku usaha sawit nasional dengan luas lahan mencapai 4.115.434 Hektare atau 29,30% dari total 14,3 juta lahan sawit.

Kepala Sekretariat Komisi ISPO Azis R. Hidayat mengungkapkan perkembangan tersebut saat memberikan pembekalan kepada Peserta Gelombang II Journalist Fellowship Program yang diselenggarakan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Jakarta, Senin (22/7/2019).

“Sebanyak 502 sertifikat itu diterbitkan untuk 459 perusahaan swasta dengan luas areal mencapai 3.905.138 Ha atau 50,66% dari 7,788 juta Ha lahan, PTP Nusantara sebanyak 34 sertifikat dengan luas lahan 204.590 Ha atau 28,80% dari 713 ribu Ha, Koperasi Pekebun-Petani Plasma-Swadaya sebanyak 9 sertifikat dengan luas lahan 5.796 Ha atau 0,1 % dari total luas lahan 5,807 juta Ha,” ungkap Azis.

Namun demikian sebanyak 4 sertifikat untuk perusahaan dengan lahan seluas 12.186 Ha dibatalkan atau dicabut kembali, sehingga jumlah sertifikat ISPO saat ini tercatat sebanyak 498. Dari jumlah tersebut, sebanyak 489 diserahkan kepada perusahaan, 5 koperasi petani swadaya, 4 KUD petani plasma dengan total lahan mencapai 4.103.254 Ha.

“Dari 4.103.254 Ha lahan yang telah bersertifikat ISPO itu sebanyak 2.755.018 Ha merupakan lahan dengan Tanaman Menghasilkan (TM) dengan total produksi Tandan Buah Segar (TBS) 52.033.978 ton/tahun, produksi CPO 11.52.235 ton/tahun, dan produktivitas TBS 18,87 ton/Ha/tahun serta rendemen rata-rata 22,15%,” tuturnya.

Azis juga menyatakan, saat ini ISPO sudah diterima dan diakui banyak kalangan internasional. Bahkan pihaknya sering kali diminta memaparkan mengenai ISPO dan berbagai hal terkait sawit berkelanjutan di berbagai kesempatan di banyak negara. Diharapkan, implementasi sawit berkelanjutan oleh para pelaku usaha sawit terus diterapkan sehingga jumlah penerima sertifikat ISPO juga bertambah banyak. “Ini penting untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia sudah menerapkan sawit berkelanjutan,” tegasnya.

ISPO dibentuk pada tahun 2009 oleh pemerintah untuk memastikan semua pihak di sektor kelapa sawit memenuhi standar pertanian yang diizinkan. Tujuannya antara lain untuk meningkatkan daya saing produk sawit Indonesia di pasar global. ***