Masa Depan Sawit di Tangan Generasi Muda

JAKARTA--Generasi milenial Indonesia perlu diberi wawasan positif tentang industri sawit karena merekalah yang akan menjadi penentu masa depan industri sawit Indonesia.

Masa Depan Sawit di Tangan Generasi Muda

Hal itu disampaikan Kepala Divisi Perusahaan Badan Pengelola Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Achmad Maulizal Sutawijaya dalam webitar DigiTalk Sawit Jawa Reg II (DKI Jakarta, Banten, Jabar) yang diinisiasi BPDPKS, Senin (24/8/2020).

Maulizal menyampaikan, kontribusi devisa atas ekspor sawit kepada negera, cukup signifikan. Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), semester I-2020, devisa yang disumbang sawit mencapai US$10,06 miliar. Tahun ini, meski ada pandemi COVID-19, kontribusi dari ekspor sawit diperkirakan tak beda jauh dari perolehan 2019, atau sebesar US$20,2 miliar.

Karena itu peranan kelompok milenial akan sangat penting dalam menentukan masa depan sawit. "Selain itu, ada 2,4 juta petani dan 2,6 pekerja sawit yang bergantung dari bisnis ini. Ada pula ribuan produk berbahan baku sawit serta turunannya yang kita nikmati sehari-hari. Nah, teman-teman milenial harus sadar akan hal ini," terang Maulizal.

Saat ini, lanjut Maulizal, BPDPKS menggenjot produktivitas sawit petani melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) serta berbagai program pelatihan untuk petani. "Khusus PSR, kita bantu petani Rp30 juta per hektar. Dalam program peremajaan sawit, kita ingin petani gunakan bibit unggul. Sesuai Good Agricultural Practices (GAP)," terangnya.  

Sementara itu, Pimpinan Redaksi Majalah Sawit Indonesia, Qoyum Amri mengingatkan kalangan milenial untuk tidak lekas percaya dengan berita miring yang ditujukan kepada produk sawit asal Indonesia.

Saat ini, banyak isu miring bertujuan untuk menjauhkan konsumen dari segala macam produk berbahan baku sawit. Di baliknya ada perang dagang. "Industri minyak nabati dari luar negeri khususnya Eropa dan AS, sangat terganggu dengan kehadiran minyak sawit dari Indonesia. Karena, minyak sawit Indonesia lebih unggul dan ramah lingkungan," ungkap Qoyum.

Dikatakan Qoyum, berita fitnah alias hoax yang menyerang kelapa sawit Indonesia sudah berlangsung sejak 1980. Mulai tudingan sawit sebagai biang kerok deforestasi, pemicu kebakaran hutan dan lahan, hingga membahayakan kesehatan, jelas tidak benar.

"Kelapa sawit itu ibaratnya Cinderela. Selalu menjadi bahan julid atau bully. Padahal, manfaatnya bagi kehidupan kita sangat besar. Sebagai bahan baku handsanitizer, sabun kesehatan, kosmetik, minyak goreng hingga bahan bakar kendaraan dan pembangkit lsitrik," pungkasnya. ***