FGD Kemitraan PSR Gapki Sumut

FGD Kemitraan PSR Gapki Sumut

Pemerintah terus mendorong hilirisasi produk sawit untuk meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan petani. Kedepan, Indonesia tak lagi hanya menyediakan bahan mentah untuk industri negara lain, tetapi sudah dalam bentuk produk jadi.

Demikian disampaikan Eddy Abdurrachman Sebagai Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dalam pembukaan Focus Group Discussion [FGD], ‘Mempercepat Hilirisasi Kebun Sawit Rakyat Melalui Kemitraan Petani Sawit dengan Pelaku Industri Sawit yang diselanggarakan Gabungan Pengusaha Kelapa sawit [GAPKI] Sumatera Utara bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Medan Sumatera Utara, 4/8/2022.

Menurut Eddy, pemerintah telah menerbitkan berbagai kebijakan dengan tujuan untuk mendorong hilirisasi sawit yang akan dapat memberikan value edit atau nilai tambah, tentunya ini sejalan dengan upaya untuk meningkatkan keberlanjutan usaha perkebunan sawit.

Selain itu, lanjut Eddy, pemerintah terus mendorong peningkatan produktifitas perkebunan sawit melalui Program Peremajaan sawit Rakyat [PSR] yang telah dimulai sejak 2016.

“Dan hingga Juni 2022, pemerintah melalui BPDPKS telah mendanai PSR 257.000 hektar dengan melibatkan lebih 110.000 petani swadaya dan plasma,” kata Eddy.

Eddy mengakui, capaian PSR tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan target yang diberikan atau diminta Presiden Joko Widodo. Selama 3 tahun presiden mentargetkan PSR seluas 540.000 hektar.

“Sampai dengan saat ini masih kurang atau kurang lebih sebesar 50% dari target Bapak Presiden Jokowi,” kata Eddy.

Sebagaimana diketahui, sawit merupakan komoditas yang paling produktif dalam menyumbang kurang lebih 45% kebutuhan minyak nabati dunia. Seiring dengan permintaannya yang terus meningkat dari tahun ke tahun dengan rata-rata sebesar 8,5 juta ton pertahun.

Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia Indonesia menargetkan untuk dapat memproduksi lebih dari 50 juta ton minyak sawit pada tahun 2025. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi dengan mengkatkan produktifitas kebun petani dengan melalui PSR.
Menurut Eddy, dengan meningkatkan produktifitas kebun kelapa sawit akan dapat meningkatkan pasokan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil-CPO) yang lebih besar, baik itu untuk industri makanan dan energi.

“Peningkatan produksi CPO besar sekali manfaatnya, diantaranya dapat meningkatkan pasokan untuk industri pangan dan energi melalui program Biodiesel 30 atau B30,” jelas Eddy.

Ketua GAPKI Sumut Alexander Maha menambahkan, keberadaan BPDPKS sangat dirasakan keberadaannya baik oleh perusahaan maupun petani kelapa sawit khususnya yang ikut dalam program PSR. Petani dan perusahaan anggota GAPKI bermitra untuk mempercepat pelaksanaan PSR.

Hingga saat ini, pelaksanaan PSR melalui kemitraan petani dan perusahaan anggota GAPKI Cabang Sumut sebanyak 17 perusahaan bersama 53 kelompok tani dengan total luas 5.796 hektar.
Kemudian, PSR bermitra tidak anggota GAPKI terdiri dari 5 perusahaan dan 16 kelompok tani dengan total luas 1.620 hektar.

“Sedangkan PSR yang tidak bermitra atau mandiri, terdiri dari 112 kelompok tani dengan total luas 13.930 hektar. Jadi total keseluruhan luas PSR di Sumut adalah 21.347 hektar,” kata Alexander.
Menurut Alexander, kemitraan perusahaan dan petani bertujuan untuk penguatan petani, yakni melalui penguatan pengolahan dan pemasaran hasil, kemuidan penguatan di kelembagaan dan usaha petani.

“Diharapkan kelak petani Sawit Indonesia menjadi bagian pelaku kelapa sawit nasional yang kuat dan kokoh baik secara lokal nasional maupun internasional,” kata Alexander.

Sementara itu, Ketua Umum GAPKI, Joko Supriyono mengatakan, sebelum mempercepat hilirisasi yang perlu dilakukan adalah huluisasi, dimana semua hambatan dan persoalan di bagian hulu diselesaikan lebih dahulu. Seperti halnya rendahnya produktivitas kebun petani yang masih jomplang dibandingkan dengan kebun perusahaan.

“Jika produktifitas rendah maka harus dilakukan upaya peningkatan produksi sehingga meski harga sawit tidak terlalu tinggi petani masih bisa untung,” kata Joko.

Jadi, lanjut Joko, harga komoditas sampai kapan pun akan terus bergerak baik naik maupun turun, tergantung permintaan pasar. (AMZ)