Prospek Ekspor Produk Kelapa Sawit Tetap Cerah di 2019

Di tengah kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya stabil, ditambah beragam hambatan aturan dagang sejumlah negara, tak membuat pamor kelapa sawit sebagai komoditas andalan untuk devisa negara meredup. Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono, prospek bisnis ini masih sangat menjanjikan, tak lain karena kontribusi ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya masih besar. Itu belum termasuk ke pasar non tradisional di luar Eropa yang masih sangat terbuka lebar, mengingat kawasan seperti Timur Tengah dan Asia Selatan belum tergarap optimal. Kabar baik lainnya, program biodiesel B20 yang berlaku sejak September tahun lalu juga telah membuat permintaan dalam negeri naik signifikan.

Prospek Ekspor Produk Kelapa Sawit Tetap Cerah di 2019
Di tengah kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya stabil, ditambah beragam hambatan aturan dagang sejumlah negara, tak membuat pamor kelapa sawit sebagai komoditas andalan untuk devisa negara meredup. Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono, prospek bisnis ini masih sangat menjanjikan, tak lain karena kontribusi ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya masih besar. Itu belum termasuk ke pasar non tradisional di luar Eropa yang masih sangat terbuka lebar, mengingat kawasan seperti Timur Tengah dan Asia Selatan belum tergarap optimal. Kabar baik lainnya, program biodiesel B20 yang berlaku sejak September tahun lalu juga telah membuat permintaan dalam negeri naik signifikan. Apalagi pembentukan pasar domestik lewat program Biodiesel pemerintah tersebut belum beroperasi dalam kecepatan penuh. Dalam jumpa pers Refleksi Industri Kelapa Sawit 2018 dan Prospek 2019 di Jakarta (6/2/2019), Joko menyatakan ekspor CPO diperkirakan tetap tumbuh 4%-5% dalam tahun 2019, meskipun permintaan CPO di dalam negeri dipastikan meningkat seiring dengan program B20. Sepanjang 2018 total ekspor CPO dan turunannya mencapai 34,6 juta ton naik sekitar 8 persen dibanding 2017 sebesar 32,1 juta ton. Kendati volume ekspor meningkat, secara nilai, ekspor turun sekitar 11 persen persen pada 2018 menjadi US$20, 54 miliar dibandingkan 2017 sebesar US$22,97 miliar. `Penurunan nilai ekspor terjadi karena harga CPO turun,` kata Joko sebagaimana dikutip Antara. Pada 2017 rata-rata harga CPO sekitar US$714,3 per ton dan pada 2018 turun 17 persen menjadi rata-rata US$595,5 per ton.  ***