Palm Oil GHG dan Arah Penelitian Kelapa Sawit Bidang Lingkungan

Perubahan iklim merupakan tantangan serius yang kini dihadapi masyarakat dunia dan diperkirakan akan terus mengancam kehidupan di masa yang akan datang. Fenomena alam ini diyakini akan berdampak luas terhadap berbagai aspek  kehidupan, termasuk industri sawit seperti halnya sektor pertanian lainnya.

Palm Oil GHG dan Arah Penelitian Kelapa Sawit Bidang Lingkungan
Perubahan iklim merupakan tantangan serius yang kini dihadapi masyarakat dunia dan diperkirakan akan terus mengancam kehidupan di masa yang akan datang. Fenomena alam ini diyakini akan berdampak luas terhadap berbagai aspek  kehidupan, termasuk industri sawit seperti halnya sektor pertanian lainnya. Produksi sawit saat ini menjadi fokus perdebatan seputar emisi CO2 dan Green House Gas (GHG) atau emisi Gas Rumah Kaca (GRK) lainnya yang dihasilkan terkait dengan isu deforestasi, pemanfaatan lahan gambut, budidaya, pengolahan tandan buah segar, dan pengelolaan limbah.  Penggunaan minyak sawit sebagai biodiesel untuk mengurangi ketergantungan pada minyak bumi juga tidak lepas dari perdebatan emisi GRK yang disebabkan oleh konversi lahan untuk perkebunan sawit dan setiap tahapan dalam proses produksi minyak sawit dan turunannya. Pengelolaan lingkungan dengan pendekatan ekosistem industri untuk industri sawit dapat dilakukan melalui upaya mengurangi limbah (reduce), penggunaan kembali (reuse), daur ulang (recycle), dan pemanfaatan limbah yang tepat. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan beban pencemaran lingkungan sekaligus meningkatkan penghasilan industri sawit dari pemanfaatan limbah. Pendekatan seperti itu dapat berkontribusi dalam transformasi pabrik sawit menjadi kegiatan industri yang lebih ramah lingkungan (Chavalparit et al. 2006). Perangkat hitung PalmGHG memberikan estimasi emisi netto/bersih GRK yang dihasilkan selama proses produksi minyak kelapa sawit dengan cara mengkuantifikasi sumber utama emisi GRK dan penyerapan karbon di perkebunan dan pabrik kelapa sawit (PKS). Oleh karena itu, hasil penilaian GRK selalu merupakan perkiraan dari kondisi nyata dan tidak ada “kebenaran mutlak”, melainkan hanyalah estimasi untuk perbandingan. RSPO menghitung emisi GRK dari faktor pendorong utama GRK dalam minyak kelapa sawit sebagai berikut : `` Menurut Hasanudin U (2018) penyumbang terbesar emisi pada industri kelapa sawit adalah berasal dari pabrik kelapa sawit yaitu sebesar 63,2%, diikuti oleh tahap produksi tandan buah segar sebesar 21,6% dan sisanya dalah dari proses di refinery. Penyumbang terbesar emisi pada pabrik kelapa sawit adalah pada penanganan limbah cair (POME). Perlakuan yang dilakukan di sebagian besar Pabrik Kelapa Sawit saat ini adalah pengolahan POME di kolam anaerobik dilanjutkan dengan pemanfaatan POME sebagai land application. Hasil dari proses fermentasi bahan-bahan organik yang terakumulasi pada POME akan menghasilkan biogas yang terdiri dari campuran gas CH4 (55-60%), gas CO2 ( 35-40%), dan gas-gas lain (N2, H2S, uap air <2%). Saat ini dengan system kolam anaerobic terbuka, gas methane (CH4) biogas yang dihasilkan akan terlepas ke udara sehingga berkontribusi terhadap pemanasan global. Dalam rangka untuk meningkatkan nilai tambah dari limbah cair pabrik kelapa sawit (POME) dan menurunkan sumber emisi GRK, maka perlu alternatif pengolahan dan pemanfatan POME menjadi produk lain yang bisa dimanfaatkan. Pengolahan POME menjadi biomethane dapat dimanfaatkan untuk memasok energi untuk kebutuhan internal (meningkatkan revenue, menggantikan energi fosil untuk generating steam dan listrik), memenuhi kebutuhan energi masyarakat sekitar (memproduksi listrik untuk grid connection), dan menggantikan bahan bakar fosil untuk kendaraan melalui upgrading biomethane untuk menghasilkan Bio-CNG. Arah penelitian kelapa sawit bidang lingkungan adalah bagaimana bisa menjawab kondisi di atas. Saat ini persentase methane reduction melalui methane capture di pabrik kelapa sawit baru sekitar 6-10%, dan ditargetkan melalui penelitian yang dilakukan pada bidang lingkungan dapat mencapai 100% pada tahun 2030. Emisi GRK industri kelapa sawit saat ini adalah sekitar 1250 Kg CO2 eq/Ton CPO, ditargetkan dengan pengembangan teknologi pengelolaan limbah dapat diturunkan mencapai 360 Kg CO2 eq/Ton CPO. Disamping itu fokus penelitian lainnya adalah pengembangan teknologi pengelolaan jasa lingkungan, hidrologi, jejak karbon (carbon footprint), jejak air (water footprint), dan cadangan karbon (carbon stock) dan Inovasi model LCA dan rantai pasok industri sawit dan turunannya.[:]