Di Meja Makan Diplomasi Sawit Pun Digelar

KELAPA sawit dan produk turunannya saat ini tengah mendapatkan banyak tudingan negatif dari sebagian negara anggota Uni Eropa. Setelah muncul adanya usulan agar Parlemen Uni Eropa melarang biodiesel berbahan dasar sawit, ada pula gerakan dari perusahaan ritel yang tak mau menjual produk dari kelapa sawit. Tentunya gerakan tersebut membawa dampak yang signifikan bagi Indonesia.

Di Meja Makan Diplomasi Sawit Pun Digelar
KELAPA sawit dan produk turunannya saat ini tengah mendapatkan banyak tudingan negatif dari sebagian negara anggota Uni Eropa. Setelah muncul adanya usulan agar Parlemen Uni Eropa melarang biodiesel berbahan dasar sawit, ada pula gerakan dari perusahaan ritel yang tak mau menjual produk dari kelapa sawit. Tentunya gerakan tersebut membawa dampak yang signifikan bagi Indonesia. Saat ini, Indonesia sebagai negara produsen terbesar sawit, sebesar 38 juta ton per tahun yang 31 juta ton di antaranya menjadi komoditas ekspor, tengah terancam. Segala upaya diusahakan oleh RI agar kampanye hitam tersebut, tak meluas dan kalau bisa dihilangkan. Guna meyakinkan negara-negara Uni Eropa, bahwa tak ada masalah dengan produk sawit Indonesia, pemerintah dan industri sawit mengundang duta besar sejumlah negara Uni Eropa untuk meninjau perkebunan dan industri sawit Asian Agri. Kedatangan para duta besar pada Minggu (15/4/2018), disambut dengan jamuan makan malam. Diplomasi meja makan tersebut dilakukan untuk menggagalkan regulasi yang sedang disusun Parlemen Uni Eropa. RI berharap kunjungan dan pertemuan dengan para duta besar tersebut menjadi upaya pihak Uni Eropa agar bisa memahami lebih jauh tentang industri kelapa sawit di Indonesia. Acara `Executive Oil Palm Program’, yang digelar di Jambi ini berlangsung hangat. Acara ini diinisiasi oleh Kementerian Luar Negeri yang bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit. Selain itu, Asian Agri juga membantu Kemenlu untuk mempromosikan industri kelapa sawit Indonesia ke dunia internasional. Acara tersebut diawali dengan presentasi dari Dekan Fakultas Kehutanan, Universitas Jambi, Bambang Irawan. `Dengan paparan ini, seharusnya bisa menjawab kekhawatiran dan kesalahpahaman dari Uni Eropa soal industri kelapa sawit di Indonesia,` kata Bambang  yang menjelaskan hasil penelitiannya tentang kelapa sawit. Fakta-fakta baru yang disampaikan Bambang mampu mampu menyedot perhatian perwakilan sembilan negara anggora Uni Eropa tersebut. Hadir dalam kesempatan ini, Duta Besar Uni Eropa, Vincent Guerend; Penasihat Bidang Perubahan Iklim dan Lingkungan, Michael Buckki; Duta Besar Austria, Helene Steinhausl; Duta Besar Denmark, Rasmus Abildguaard Kristensen yang didampingi oleh pensihat seniornya, Per Rasmussen. Selain itu, ada pula Duta Besar Jerman, Michael Freiherr von Ungern, yang didampingi oleh Kepala Divisi Sains dan Teknologinya, Edmond Svann; Duta Besar Irlandia, Kyle O’Sullivan; Duta Besar Polandia, Beata Stoczynska; Duta Besar dari Swedia, Johanna Brismar; Kepala Seksi Ekonomi Belanda Kedubes Belanda di Jakarta, Siebe K. Schuur; Serta Kepala Penasihat Kehutanan Inggris, Paul Eastwood. ***