Prof Sri Adiningsih: Indonesia Perlu Roadmap Biodiesel

Prof Sri Adiningsih: Indonesia Perlu Roadmap Biodiesel

Indonesia harus menjadi produsen biodiesel terbesar di dunia.  Demikian salah satu gagasan yang disampaikan oleh Prof Sri Adiningsih dari UGM pada Focus Group Discussion Kajian Dampak Pelaksanaan Program BPDPKS terhadap Kesejahteraan Petani Perkebunan Kelapa Sawit, di Solo 06 Oktober 2022.  Salah satu langkah penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan menyusun roadmap produsen biodiesel terbesar di dunia, yang akan menjadi acuan bagi pengembangan biodiesel tersebut.

 

Hal ini menjadi mendesak mengingat adanya rencana negara-negara pengimpor CPO Indonesia yang akan menanam kelapa sawitnya sendiri. India, misalnya, berencana membuka 2 juta hektar lahan kelapa sawit.  Jika hal ini terwujud, penambahan produksi ini akan mengganggu penyerapan CPO Indonesia di pasar internasional yang pada gilirannya dapat menurunkan harga tanda buah segar (TBS) di tingkat petani.  Menurut  Prof Sri Adiningsih, hal tersebut perlu diantisipasi dengan peningkatan produksi biodiesel guna menyerap kelebihan pasokan CPO Indonesia. Lebih jauh Prof Sri Adiningsih menyarankan perlunya program promosi yang menyeluruh dan komprehensif ke stakeholders terkait kebijakan subsidi biodiesel tersebut  karena berbeda dengan subdisi BBM, subsidi biodiesel dinikmati oleh produsen dalam negeri, yang pada akhirnya akan menguntungkan dan meningkatkan kesejahteraan petani.

 

Dalam sambutannya, Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana BPDPKS, Kabul Wijayanto  menyatakan program biodiesel dan program promosi merupakan program-program BPDPKS yang saat ini sudah dibuatkan roadmapnya.  Lebih dari itu BPDPKS tidak hanya menjalankan fungsi penyaluran dana, tetapi juga melakukan evaluasi dan perbaikan program yang memerlukan masukan dari stakeholders yang kompeten. Langkah tersebut adalah melalui kajian yang diharapkan dapat memotret dampak pra dan pasca program BPDPKS yang sudah dijalankan selama ini. Temuan dari kajian ini, menurut Kabul Wijayanto, diharapkan mampu menjawab pertanyaan tentang kinerja enam program yang sudah dilaksanakan BPDPKS selama ini, dengan cara membandingkan perubahan kesejahteraan di level petani sebelum dan sesudah pelaksanaan program BPDPKS. 

 

Senada dengan Kabul Wiajayanto, Kepala Divisi Pendidikan SDM, Litbang, dan Pengembangan Sarpras, Triana Meinarsih, menyatakan bahwa dari hasil dari kajian tersebut diharapkan akan dapat berfungsi untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan program BPDPKS secara ilmiah. Dan masukan-masukan yang didapat dari narasumber dan peserta selama FGD akan menjadi bahan penyempurnaan pelaksanaan dari kajian dampak program BPDPKS, sehingga kajian yang akan dilaksanakan tersebut sesuai dengan kaidah ilmiah dan selesai tepat waktu.  Hasil kajian yang akan memakan waktu tiga bulan tersebut diharapkan menjadi acuan untuk perbaikan program-program BPDPKS di masa mendatang. 

 

Selain Prof Sri Adiningsih, Focus Group Discussion tersebut juga menghadirkan Dr Sri Gunawan dari INSTIPER yag membawakan materi program beasiswa, Gunawan Tjiptadi dari LPP Jogyakarta tentang program pelatihan, Dr Tungkot Sipayung tentang dampak program promosi/advokasi, dan Dr Jamhari dari Faperta UGM tentang dampak program sarana dan prasarana (T/I).