Minyak Sawit Mampu Menopang Kebutuhan Minyak Nabati Dunia
Produksi minyak yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan tanaman minyak nabati lain seperti biji bunga matahari, rapeseed, hingga kedelai.

Minyak nabati merupakan salah satu bahan pangan yang penting bagi kehidupan masyarakat dunia. Saat ini, terdapat sekitar 17 jenis tanaman yang dapat menghasilkan minyak nabati (Oil World, 2015). Minyak nabati tersebut memiliki keunggulan masing-masing dan dapat saling melengkapi dalam menyediakan kebutuhan bahan pangan minyak nabati dunia.
PASPI (2021) dalam jurnal berjudul Kontribusi Industri Sawit: Feeding the World memaparkan, ketujuh belas tanaman minyak nabati dunia tumbuh di berbagai ekosistem yang ada di bumi dan digunakan sebagai sumber bahan pangan masyarakat di kawasan tersebut. Misalnya di daerah subtropis, terdapat minyak biji bunga matahari dan minyak rapeseed yang tumbuh baik dan menjadi sumber minyak nabati bagi masyarakat Eropa, Rusia, dan negara lainnya.
Terdapat juga minyak kedelai yang tumbuh subur di Amerika Serikat, Brazil, Argentina, China, dan lain-lain, yang juga dimanfaatkan sebagai sumber pangan di negara-negara tersebut.
Kemudian di daerah tropis terdapat minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yang tumbuh subur dan menjadi sumber minyak nabati masyarakat daerah tropis, seperti Indonesia. Lebih lanjut PASPI (2021) dalam jurnal tersebut mengungkapkan, tanaman kelapa sawit dianugerahi keunggulan berupa tanaman tahunan yang memiliki kemampuan memanfaatkan sinar matahari yang melimpah di daerah tropis.
Dengan keunggulan tersebut, produksi minyak yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit jauh lebih besar dan dalam jangka waktu yang lama karena berlangsung sepanjang tahun dibandingkan tanaman minyak nabati lainnya. Dengan hal itu, seperti apa kontribusi minyak sawit untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dunia?
Konsumsi Minyak Nabati Dunia
Di antara ketujuh belas minyak nabati dunia, terdapat empat minyak nabati utama yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Keempat minyak nabati utama dunia tersebut adalah minyak sawit, minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak biji bunga matahari. Pangsa keempat minyak nabati tersebut mencapai 85-90 persen dari total konsumsi minyak nabati dunia.
Saat ini, minyak sawit menjadi penyedia utama pasar minyak nabati dunia atau mencerminkan minyak nabati yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat dunia pada tahun 2020 dengan pangsa sebesar 41 persen (USDA, 2020 yang diolah PASPI, 2021).
Kebutuhan Minyak Nabati Dunia Ditopang Minyak Sawit
Peran minyak sawit dalam memenuhi kebutuhan minyak nabati dunia semakin terlihat pada level negara/kawasan utama seperti di Uni Eropa, India, China, dan Amerika Serikat sebagai berikut.
PASPI (2021) menjelaskan bahwa di antara keempat minyak nabati utama, minyak nabati yang paling banyak dikonsumsi masyarakat dan industri Uni Eropa adalah minyak rapeseed, kemudian disusul oleh minyak sawit, minyak biji bunga matahari, dan minyak kedelai. Sementara itu, Uni Eropa juga merupakan produsen minyak rapeseed dunia, namun dengan konsumsi minyak nabati di Eropa yang relatif tinggi, yakni sekitar 24 kg/kapita (FAO-OECD, 2015) maka produksi minyak rapeseed tidak mampu memenuhi kebutuhan domestik.
Dengan kata lain, kehadiran minyak sawit di pasar Uni Eropa memberi manfaat ganda yakni: (1) memenuhi kebutuhan minyak nabati yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat konsumsi/tingkat kesejahteraan; (2) mencegah ekspansi lahan untuk dijadikan perkebunan rapeseed yang berimplikasi dapat mengurangi produksi bahan pangan yang lain (mempertahankan ketahanan pangan); dan (3) mencegah peningkatan pengeluaran pemerintah terhadap subsidi pertanian untuk komoditas rapeseed.
Berbeda dengan Uni Eropa, minyak nabati yang banyak dikonsumsi oleh China adalah minyak kedelai. Hal ini dikarenakan China merupakan negara produsen minyak kedelai terbesar di dunia. Setelah minyak kedelai, minyak nabati lainnya yang dikonsumsi China berturut-turut adalah minyak rapeseed, minyak sawit, dan minyak biji bunga matahari.
China juga tercatat sebagai negara importir kedua terbesar minyak sawit di dunia, di mana minyak sawit di negara ini digunakan untuk catering industry dan noodle industry (Derong C 2020. Market Recovery Outlook for China Vegetable Oil Market Post Covid-19).
Sementara itu, PASPI dalam jurnal yang sama menjelaskan, India merupakan negara importir minyak sawit terbesar di dunia. Kehadiran minyak sawit di India memiliki peran penting yakni membantu untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati domestik. Selain itu, juga dapat mengurangi beban subsidi pemerintah serta menghemat lahan dalam produksi minyak nabati domestik seperti mustard oil, minyak biji bunga matahari, dan lainnya.
Kawasan negara lain yang kebutuhan minyak nabatinya ditopang oleh minyak sawit adalah Amerika Serikat. PASPI juga menemukan, struktur konsumsi minyak nabati di negara tersebut didominasi oleh minyak kedelai, kemudian diikuti oleh minyak rapeseed, minyak sawit, dan minyak biji bunga matahari.
Meskipun minyak sawit bukanlah minyak nabati utama dalam struktur konsumsi minyak nabati Amerika Serikat, namun penggunaannya terus meningkat dengan aplikasi yang luas. Penggunaan minyak sawit di Amerika Serikat tidak hanya oleh industri pangan, tetapi juga digunakan oleh industri yang menghasilkan consumer goods seperti produk toiletries dan cosmetic. PASPI dalam jurnal tersebut di atas menegaskan, kehadiran minyak sawit di hampir semua negara dunia menunjukkan bahwa industri ini telah berkontribusi dalam pencapaian SDG-2 yaitu memenuhi kebutuhan pangan (feeding the world) yang bergizi dan menciptakan ketahanan pangan.
Lebih dari itu, industri minyak sawit juga masih membagikan manfaat lainnya seperti mengurangi beban suatu negara dalam penyediaan minyak nabati, menghemat subsidi, serta mencegah deforestasi karena dapat menghemat penggunaan lahan di negara yang diperuntukkan memproduksi tanaman minyak nabati.