Membongkar Kesalahpahaman Produk Hilir Sawit, yang Bernilai US$ 62,9 Miliar di 2023

Membongkar Kesalahpahaman Produk Hilir Sawit, yang Bernilai US$ 62,9 Miliar di 2023

BANDUNG –  Dalam acara Acara Workshop Jurnalis Industri Hilir Sawit, di hadiri InfoSAWIT, Kamis (1/2/2024) di Bandung, Plt Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Sahat Sinaga, membahas kesalahpahaman yang umum terjadi terkait sektor hilir sawit, yang penggunaannya sebagai minyak goreng sawit.

Sahat mengungkapkan, bahwa meskipun minyak sawit sering dianggap kehilangan nilai gizinya saat dijadikan minyak goreng sawit karena suhu panas, faktanya, sawit mengandung β-carotene, tokoferol, dan tocotrienol dalam kadar yang relatif tinggi. β-carotene merupakan sumber vitamin A dan antioksidan, sedangkan tokoferol dan tocotrienol termasuk golongan vitamin E yang juga memiliki efek antioksidan.
Menariknya, Sahat menjelaskan bahwa sawit mampu menghasilkan vitamin A 15 kali lebih banyak daripada wortel dan vitamin E 20 kali lebih banyak daripada minyak zaitun. Meskipun harga minyak zaitun lebih mahal, kandungan vitamin E pada minyak sawit justru jauh lebih tinggi.
Sahat juga menyoroti fakta kurang diketahui bahwa sawit merupakan satu-satunya jenis minyak nabati yang mirip dengan kandungan air susu ibu. Dengan C18, Octadecenoic Acids mencapai 36,3 persen, sawit memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh minyak nabati lainnya.

Hilirisasi sawit dengan teknologi yang ada saat ini telah memberikan dampak positif terhadap industri ini. Pada tahun 2023, nilai usaha hilirisasi sawit mencapai US$ 62,9 miliar, dengan rincian, ekspor sebesar US$ 38,4 miliar, domestik US$ 21,4 miliar, dan biomassa US$ 3,1 miliar. Meskipun mengalami peningkatan, industri sawit Indonesia masih kalah dengan Malaysia yang telah memiliki sekitar 260 produk turunan sawit.

“Hilirisasi Industri Sawit dengan jumlah jenis produk sebanyak 54 jenis di tahun 2007 meningkat ke 179 jenis di tahun 2023, dan kesempatan masih terbuka luas untuk dikembangkan agar meningkatkan revenue sawit kita,” ujar Sahat.
Sahat juga menekankan perlunya satu badan khusus untuk mengoptimalkan laju industri sawit. Hal ini dianggap penting agar tumpang tindih regulasi yang menghambat perkembangan industri sawit dapat diselesaikan. Dia menyoroti keamanan dan stabilitas regulasi di Malaysia yang mendukung kemajuan industri sawit mereka.

Sumber