Menkeu Optimistis B20 Hemat Devisa US$2,3 Miliar

MENTERI Keuangan Sri Mulyani optimistis kebijakan B20 akan menghemat devisa negara hingga US$2,3 miliar (sekitar 34,2 triliun rupiah) sebagaimana yang ditargetkan oleh pemerintah.  “Kita masih berharap dengan adanya B20 akan mengurangi porsi kebutuhan impor migas  sampai akhir tahun ini, kira-kira 2,3 miliar dolar AS bisa dihemat dan kita akan mengharapkan bisa terjadi,” kata Sri Mulyani di Denpasar, Selasa (19/9/2018) sebagaimana dikutip Bisnis.com. Sri Mulyani menyebut beberapa kebijakan fiskal dan moneter harus diterapkan lantaran suku bunga AS yang meningkat dan likuiditas yang ketat. Hal ini diharapkan membuat defisit perdagangan tidak semakin melebar dan capital inflow (aliran madal yang masuk) yang meningkat. Sebelumnya, Sri juga meminta masyarakat untuk bersabar dalam menantikan efek kebijakan mandatori B20 terhadap neraca perdagangan.

Menkeu Optimistis B20 Hemat Devisa US$2,3 Miliar
MENTERI Keuangan Sri Mulyani optimistis kebijakan B20 akan menghemat devisa negara hingga US$2,3 miliar (sekitar 34,2 triliun rupiah) sebagaimana yang ditargetkan oleh pemerintah.  “Kita masih berharap dengan adanya B20 akan mengurangi porsi kebutuhan impor migas  sampai akhir tahun ini, kira-kira 2,3 miliar dolar AS bisa dihemat dan kita akan mengharapkan bisa terjadi,” kata Sri Mulyani di Denpasar, Selasa (19/9/2018) sebagaimana dikutip Bisnis.com. Sri Mulyani menyebut beberapa kebijakan fiskal dan moneter harus diterapkan lantaran suku bunga AS yang meningkat dan likuiditas yang ketat. Hal ini diharapkan membuat defisit perdagangan tidak semakin melebar dan capital inflow (aliran madal yang masuk) yang meningkat. Sebelumnya, Sri juga meminta masyarakat untuk bersabar dalam menantikan efek kebijakan mandatori B20 terhadap neraca perdagangan. “Untuk impor migas memang masih tinggi, sehingga mengalami defisit. Oleh karena itu, nanti untuk pelaksanaan B20 dan kenaikan tarif PPh impor kemarin, akan kami lihat apakah itu sudah bisa menjadi tren atau anomali,` ujar Sri Mulyani di Gedung DPR/MPR, Senin (17/9/2018). Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami defisit US$1,02 miliar pada Agustus 2018. Defisit terjadi karena nilai ekspor hanya sekitar US$15,81 miliar. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai impor yang Agustus lalu mencapai US$16,83 miliar. ***