Indonesia Ajak Produsen Sawit Gunakan B20

[:id]KUALA LUMPUR--Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memimpin delegasi Indonesia dalam the 2nd Ministerial Meeting of Palm Oil Producing Countries yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (18/11/2019). Pertemuan ini dihadiri oleh Menteri Industri Utama Malaysia Teresa Kok, serta para menteri/perwakilan dari negara penghasil minyak kelapa sawit di dunia, di antaranya Thailand, Kolombia, Nigeria, PNG, Ghana, Honduras dan Brazil. Sebagai tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya yang diadakan di Bali, 2 November 2017,  pada kesempatan kali ini dibahas beberapa masalah penting bagi negara-negara penghasil minyak kelapa sawit, termasuk (1) meningkatkan produktivitas petani kecil, (2) mengatasi pembatasan perdagangan minyak kelapa sawit di negara-negara konsumen utama, dan (3) mengatasi masalah pasar konsumen utama. Menko Airlangga, dalam opening remarks-nya mengutarakan keberhasilan Indonesia dalam implementasi program B20, dan saat ini Pemerintah Indonesia menargetkan implementasi mandatori B30 yang akan dimulai pada awal 2020. Kebijakan ini telah meningkatkan harga minyak kepala sawit di atas US$600 per ton. “Terkait hal ini, kami ingin mengajak negara penghasil kelapa sawit, untuk mengikuti langkah yang dilakukan oleh Indonesia, karena terbukti sangat efektif menstabilkan harga minyak kelapa sawit dunia,” ungkapnya. Dalam pertemuan ini juga dibahas sejumlah isu terkini tentang minyak kelapa sawit, termasuk perkembangan inovatif dalam industri minyak sawit, dan kemajuan show-casing yang dibuat (sejalan dengan kebutuhan global yang muncul untuk kriteria keberlanjutan), skema sertifikasi, proteksi lingkungan, akses pasar dan kebijakan perdagangan internasional. Selain itu, pertemuan ini coba menyatukan dan menyepakati langkah-langkah konkret dalam menghadapi berbagai isu negatif terhadap minyak kelapa sawit.

Indonesia Ajak Produsen Sawit Gunakan B20
[:id]KUALA LUMPUR--Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memimpin delegasi Indonesia dalam the 2nd Ministerial Meeting of Palm Oil Producing Countries yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (18/11/2019). Pertemuan ini dihadiri oleh Menteri Industri Utama Malaysia Teresa Kok, serta para menteri/perwakilan dari negara penghasil minyak kelapa sawit di dunia, di antaranya Thailand, Kolombia, Nigeria, PNG, Ghana, Honduras dan Brazil. Sebagai tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya yang diadakan di Bali, 2 November 2017,  pada kesempatan kali ini dibahas beberapa masalah penting bagi negara-negara penghasil minyak kelapa sawit, termasuk (1) meningkatkan produktivitas petani kecil, (2) mengatasi pembatasan perdagangan minyak kelapa sawit di negara-negara konsumen utama, dan (3) mengatasi masalah pasar konsumen utama. Menko Airlangga, dalam opening remarks-nya mengutarakan keberhasilan Indonesia dalam implementasi program B20, dan saat ini Pemerintah Indonesia menargetkan implementasi mandatori B30 yang akan dimulai pada awal 2020. Kebijakan ini telah meningkatkan harga minyak kepala sawit di atas US$600 per ton. “Terkait hal ini, kami ingin mengajak negara penghasil kelapa sawit, untuk mengikuti langkah yang dilakukan oleh Indonesia, karena terbukti sangat efektif menstabilkan harga minyak kelapa sawit dunia,” ungkapnya. Dalam pertemuan ini juga dibahas sejumlah isu terkini tentang minyak kelapa sawit, termasuk perkembangan inovatif dalam industri minyak sawit, dan kemajuan show-casing yang dibuat (sejalan dengan kebutuhan global yang muncul untuk kriteria keberlanjutan), skema sertifikasi, proteksi lingkungan, akses pasar dan kebijakan perdagangan internasional. Selain itu, pertemuan ini coba menyatukan dan menyepakati langkah-langkah konkret dalam menghadapi berbagai isu negatif terhadap minyak kelapa sawit. Kemudian, guna memberikan informasi dan gambaran terkini dari industri kelapa sawit juga dihadirkan dua narasumber terpercaya, yaitu Dr. James Fry dan Prof. Pietro Paganini. *** (Sumber: Kemenko Perekonomian)[:en]KUALA LUMPUR— Coordinating Economic Minister Airlangga Hartato led delegation of Indonesia to the 2nd Ministerial Meeting of Palm Oil Producing Countries (MMPOPC) in Kuala Lumpur, Malaysia, Monday (18/11/2019). The meeting had the presence of several ministers and other high-level representative from Malaysia, Indonesia, Colombia, Thailand, Nigeria, Papua New Guinea, Ghana, Honduras and Brazil. A number of crucial issues in palm oil industry were discussed as a follow-up to the matters arising from previous meeting in Bali, 2 November 2017, including: (1) to improve productivity of plantations owned by smallholders, (2) to overcome trade barriers in primary consumer countries, and (3) to figure out obstacles in the market. Airlangga, in his remarks, shared Indonesia’s experience in implementing mandatory use of biodiesel with a 20% bio-content, known as B20, which will be switched to B30 by 2020. Indonesia’s B20 mandatory program has proven a complete success to bring palm oil price to above US$600 per ton. “We would like to encourage palm oil producing countries to follow Indonesia’s success because the program has proven a complete success to stabilize global palm oil price,” he said. The meeting laid stress on current issues, including innovation in palm oil industry, certification scheme, environment protection, market access, and international trade policy. The meeting was also aimed to reach agreement on concrete actions to counter negative campaign against palm oil. Eminent speakers like Dr. James Fry and Prof. Pietro Paganini were also invited to share information and offer insight on current situation in palm oil industry. *** (Source: Coordinating Ministry for Economic Affairs)[:]