Harga CPO Cenderung Menguat di Awal 2018

MENGAWALI tahun 2018, harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dunia diyakini akan menunjukkan performa yang menawan. Setidaknya, ada dua faktor yang mendukung ke arah itu. Pertama, terganggunya produksi CPO selama 2017 akibat La Nina.

Harga CPO Cenderung Menguat di Awal 2018

MENGAWALI tahun 2018, harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dunia diyakini akan menunjukkan performa yang menawan. Setidaknya, ada dua faktor yang mendukung ke arah itu.

Pertama, terganggunya produksi CPO selama 2017 akibat La Nina. Kedua, permintaan negara importir tradisional yang meningkat. Indikasinya antara lain terlihat dari perdagangan Kamis (16/11/2017) ketika harga CPO menguat 8 poin atau 0,29% menjadi 2.721 ringgit atau setara US$651,68 per ton. Secara year to date(ytd), harga melemah 16,25%.

Pada perdangangan sebelumnya, harga CPO melemah 5 hari berturut-turut, meninggalkan level 2.800 ringgit menuju 2.700 ringgit dengan ditutup pada level 2.713 ringgit per ton. Kenaikan harga terus terjadi sehingga volume perdagangan kontrak berjangka sudah melebihi angka 10.000. Dalam kondisi ini, perdagangan akan mengalami koreksi karena investor mengambil untuk (profit taking).

Namun, menurut Direktur Garuda Berjangka Ibrahim sebagaimana diberitakan Bisnis.com, penurunan harga terjadi akibat profit taking, sedangkan fundamental industri sawit cenderung menguat. Sehingga, di kuartal pertama tahun 2018, harga CPO diprediksi akan naik hingga menyentuh level 2.800 ringgit per ton.

Ibrahim mengungkapkan, musim hujan sejak di akhir 2017 menjadi sentimen positif yang mendorong kenaikan harga CPO pada kuartal I/2018 mendatang. Pasalnya, produksi CPO berisiko menurun lantaran panen tandan buah segar (TBS) terganggu dan transportasi tersendat.

“Kondisi terganggunya produksi CPO karena musim dingin akan mengangkat harga CPO. Itu terutama terjadi di Indonesia dan Malaysia sebagai dua produsen terbesar dunia,” kata Ibrahim.

Indonesia dan Malaysia menyumbang 85% produksi minyak sawit dunia dan 91,2% pasar ekspor dunia. Berdasarkan data Bank Dunia, produksi CPO Indonesia pada musim 2016/2017 mencapai 34 juta ton dan Malaysia 18,86 juta ton.

``

Selain faktor tersebut, sentimen lain yang mendukung harga CPI muncul dari komoditas substitusi CPO, yakni minyak kedelai. Saat harga minyak kedelai menguat, harga CPO berpeluang naik. Namun, pelaku pasar cenderung memilih CPO saat harga minyak kedelai melambung.

Dari segi permintaan, Ibrahim memaparkan Dewan Negara Penghasil Minyak Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOP) kemungkinan akan mulai mengimplementasikan kerja sama produksi minyak sawit untuk bahan bakar pesawat jet pada 2018.

Produk avtur dengan campuran CPO itu dinilai mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan ramah lingkungan. Tiongkok disebut-sebut sebagai negara tujuan untuk memasarkan produk anyar tersebut. (kredit foto: KONTAN/Muradi)***