Biomassa Indonesia Diminati Negara Asing

INDONESIA memiliki potensi biomassa yang melimpah ruah, tak terkecuali biomassa dari limbah industri kelapa sawit. Diperkirakan, Indonesia memiliki potensi biomassa sekitar 120 juta-140 juta ton dari kelapa sawit dan belum dimanfaatkan secara optimal. Dalam International Conference on Biomass 2018, di Bogor (1/8/2018), terungkap bahwa sejumlah negara sudah menyatakan tertarik untuk membeli biomassa dari Indonesia.

Biomassa Indonesia Diminati Negara Asing
INDONESIA memiliki potensi biomassa yang melimpah ruah, tak terkecuali biomassa dari limbah industri kelapa sawit. Diperkirakan, Indonesia memiliki potensi biomassa sekitar 120 juta-140 juta ton dari kelapa sawit dan belum dimanfaatkan secara optimal. Dalam International Conference on Biomass 2018, di Bogor (1/8/2018), terungkap bahwa sejumlah negara sudah menyatakan tertarik untuk membeli biomassa dari Indonesia. Dua negara, yakni Korea Selatan dan Jepang telah menandatangani kontrak pembelian biomassa senilai US$10 miliar. “Jepang dan Korea butuh bahan lain untuk listriknya. Misalnya untuk mesin-mesin pembangkit listrik yang masih memakai pembakaran, maka bahan bakarnya harus renewable. Salah satu bahan renewable  selama ini adalah  biomassa. Selain itu biomassa juga dapat menjadi solusi untuk persoalan limbah plastik yaitu dengan menggantinya dengan bioplastik,” ujar Steering Committee International Conference on Biomass 2018, Bayu Krisnamurti di Hotel Salak Tower, Bogor (1/8/2018). Konferensi internasional tersebut digelar oleh Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi Institut Pertanian Bogor (SBRC-IPB). Menurut dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB ini, potensi biomassa Indonesia yang sangat besar itu harus mulai digarap secara serius. Setidaknya, terdapat 400 hingga 500 produk yang tadinya berbasis minyak bumi bisa digantikan oleh biomassa. “Peluangnya sangat besar. IPB terdepan dalam riset di bidang ini.” Rektor IPB, Arif Satria menyampaikan bahwa IPB sangat mendorong pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi untuk mendukung kehidupan yang berkelanjutan. Menurutnya, konferensi ini berhasil mengumpulkan para ahli terkemuka dan terdepan dalam penelitian biomassa serta bisnis untuk berbagi dan memperbarui perkembangan teknologi dan komersialisasi terbaru di bidang terkait. “Saya yakin ke depan biomassa akan memiliki kontribusi yang signifikan. Kami sangat beruntung bahwa kami hidup pada era di mana paradigma global bergeser dari sumber daya berbasis minyak ke bahan berbasis bio. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran global terhadap lingkungan, kehidupan dan ekonomi yang berkelanjutan mulai bermunculan,” ujarnya. Saat ini pemanfaatan biomassa tidak hanya terbatas untuk biofuel, tetapi juga berkembang pesat sebagai bahan baku untuk berbagai produk alternatif. Seperti biomaterial, bio-kimia, bio-adsorben, bio surfaktan dan produk lainnya. Pengembangan beragam penggunaan biomassa tak hanya mencari efisiensi dalam menghasilkan panas atau tenaga, tetapi juga dalam kinerja biaya sangat penting (Sumber: ipb.ac.id)