4th Generation of R&D dan Arah Riset Budidaya Kelapa Sawit
National Science Board dalam “ Research And Development Essetial Foundation For U.S Competitiveness in A Global Economy” bahwa penelitian merupakan studi sistematis terhadap pengetahuan ilmiah yang lengkap atau pemahaman tentang subjek yang diteliti.
National Science Board dalam “ Research And Development Essetial Foundation For U.S Competitiveness in A Global Economy” bahwa penelitian merupakan studi sistematis terhadap pengetahuan ilmiah yang lengkap atau pemahaman tentang subjek yang diteliti.
Pengembangan didefinisikan sebagai aplikasi sistematis dari pengetahuan dan pemahaman, diarahkan pada produksi bahan yang bermanfaat, perangkat, dan sistem atau metode, termasuk desain, pengembangan dan peningkatan prioritas serta proses baru untuk memenuhi persyaratan tertentu.
Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa R&D menekankan pada produk yang bermanfaat dalam berbagai bentuk sebagai perluasan, tambahan, dan inovasi dari bentuk bentuk yang sudah ada. Konsep dan pengertian penelitian dan pengembangan telah mengalami beberapa tahapan evolusi (Miller, William L and Moris, Langdin, 1999), sebagai berikut :
- Generasi pertama R&D menerapkan The linear Technology Push Model, Inovasi dipahami sebagai proses linear, dengan penelitian, pengembangan, dan keluaran produk baru. Pasar hanyalah tempat yang menangkap hasil penelitian dan pengembangan, konsumen membeli apa yang saat itu ditawarkan atau yang dihasilkan dari R&D.
- Pada generasi kedua R&D mulai diterapkan konsep The Market Pull Model, Akibat peningkatan persaingan dan diversifikasi, kebutuhan pasar menjadi elemen penting dalam proses inovasi, dan dengan demikian juga dalam pemasaran.
- Generasi ketiga R&D, menggabungkan Technology Push Model dan Market Pull Model, yang ditingkatkan dengan umpan balik dan disebut Interactive Model peluang teknologi dan kebutuhan pasar. Pada model ini terdapat kerjasama antara fungsi penelitian dan pengembangan, dan pemasaran dan produksi.
- Generasi keempat R&D dicirikan oleh penggunaan paralel dan terintegrasi riset dan keterlibatan pemasok dan pelanggan. Sumber-sumber gagasan dan pemikiran eksternal menjadi lebih penting, dan proses inovasi memadukan sumber daya eksternal serta kegiatan berbagai departemen internal. Kegiatan R&D harus didasarkan pada kebutuhan pemasok dan pelanggan sebagai konsumen dari produk-produk R&D, jadi konsumen tidak hanya menerima atau membeli produk apa saja yang ditawarkan atau yang dihasilkan dari R&D seperti pada R&D generasi pertama. Orientasi terhadap kebutuhan konsumen (customer oriented) sangat menonjol pada generasi keempat ini. Generasi keempat mencakup apa yang disebut Integrated Model, yang merupakan langkah lebih lanjut menuju proses inovasi yang komprehensif yang secara aktif melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders) sehingga hasil-hasil R&D lebih tepat guna dan berkelanjutan.
Pada bidang budidaya kelapa sawit, Integrated model pada generasi ke empat R&D sangat komprehensif diterapkan agar dapat menuju arah pemuliaan tanaman kelapa sawit yang diinginkan oleh konsumen yaitu bagaimana dapat menghasilkan tanaman dengan produksi CPO dan PKO yang tinggi, dengan kandungan oleat dan carotene yang tinggi, tangkai buah panjang, toleran terhadap ganoderma, efisien dan penggunaan nutrien, efisiensi dalam fotosintesis, dengan laju pertumbuhan meninggi yang lambat.
Pengertian budidaya sawit merujuk kepada rangkaian kegiatan produksi sawit pada areal tertentu yang mencakup proses perakitan bahan tanaman, penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, serta pengendalian hama, penyakit dan gulma. Dalam pelaksanaannya, budidaya sawit memperhatikan interaksi antara tanaman, tanah/lahan sebagai media termasuk sumberdaya hayati yang ada di dalamnya, dan kondisi iklim yang mempengaruhi tanaman.
Permasalahan mendasar dalam bidang budidaya sawit adalah rendahnya tingkat produktivitas, yakni sebesar 3.7 ton/ha/tahun, sehingga fokus penelitian pada sektor hulu kelapa sawit adalah bagaimana dapat meningkatkan produktivitas tanaman.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tanaman kelapa sawit tidak dapat mencapai potensial yield nya adalah lingkungan (keterbatasan potensi lahan, iklim) dan manajemen agronominya yang belum optimal. Iklim dan cuaca merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan, perkembangan, dan produksi sawit.
Iklim menentukan tanaman yang dapat ditanam pada suatu wilayah, sementara cuaca berpengaruh terhadap produktivitas yang akan diperoleh (Siregar et al., 2006). Pemahaman akan dinamika iklim dan penyiapan teknologi untuk mengantisipasi berkurangnya produksi sebagai bagian dari dampak iklim merupakan salah satu upaya dalam memaksimalkan pengelolaan perkebunan sawit.
Manajemen lahan/tanah berkaitan erat dengan interaksi antara tanah, hara, biota/mikroba, dan tanaman. Pengembangan perkebunan sawit sebagian besar dilakukan pada lahan marjinal, seperti tanah berpasir, tanah berbukit, tanah gambut, dan areal pasang surut yang memiliki banyak faktor pembatas, antara lain tingkat kesuburan tanah yang rendah, topografi yang berbukit, dan sistem drainase yang buruk khususnya di area gambut. Penelitian dalam bidang manajemen tanah/lahan dilakukan untuk menghasilkan teknologi yang mampu menghadapi faktor pembatas tersebut dan mengoptimalkan tingkat produksi.
Fokus perlindungan tanaman diarahkan kepada pengendalian serangan penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan Ganoderma. Serangan Ganoderma pada perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah sampai pada taraf yang sangat mengkhawatirkan.
Pengembangan teknik pengendalian hama tanaman kelapa sawit dilakukan melalui implementasi program pengendalian hama terpadu dengan menghasilkan produk-produk yang premium (bioagents) dan ramah lingkungan. Sedangkan riset mekanisasi kegiatan budidaya di perkebunan sawit ditujukan untuk mengatasi permasalahan ketersediaan dan peningkatan biaya tenaga kerja dari tahun ke tahun, khususnya dalam kegiatan pemupukan, pemeliharaan tanaman, dan pengendalian hama, penyakit dan gulma.(SMYusa)