Inovasi Gula Cair Kelapa Sawit Sebagai Alternatif Pengganti Gula bagi Penderita Obesitas & Diabetes

Kelapa sawit masih menjadi komoditas unggulan yang menjanjikan untuk menambah devisa negara. Tidak hanya itu, industri sawit juga memberikan kontribusi besar dalam menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia.
Menjaga keberlanjutan kebun sawit rakyat salah satunya dapat dilakukan melalui implementasi program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Program PSR merupakan salah satu program strategis nasional sebagai upaya pemerintah untuk meningkatkan produktivitas tanaman perkebunan kelapa sawit dengan menjaga luasan lahan agar perkebunan kelapa sawit dapat dimanfaatkan secara optimal.
Dalam hal ini, Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) berperan menyalurkan dana hibah untuk peremajaan perkebunan kelapa sawit sebesar Rp30 juta/ha. Berdasarkan data Kementerian Pertanian (2022), potensi PSR yang dapat dilaksanakan yakni seluas 2,8 juta hektare dengan rincian plasma dan swadaya: 2,29 juta hektare; plasma PIRBUN: 0,14 juta hektare; dan plasma PIR TRANS/PIR-KPPA: 0,37 juta hektare.
Adapun terdapat tiga teknik utama dalam PSR yang dijelaskan oleh Kementerian Pertanian, yaitu peremajaan kelapa sawit dilaksanakan dengan teknik tumbang serempak; jika teknik tumbang serempak tidak dapat dilaksanakan, dilakukan teknik sesuai dengan kondisi lokal; dan teknik peremajaan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang budidaya kelapa sawit – Permentan Nomor 18/2016.
Setelah ditumbangkan, pohon kelapa sawit tua tersebut tidak hanya menjadi limbah yang tidak bernilai, tetapi dapat diolah menjadi gula merah cair. Potensi batang kelapa sawit tua (umur tanam ±30 tahun) yang dihasilkan dari perkebunan pada periode waktu replanting dapat dimanfaatkan dengan diambil niranya.
Satu batang sawit tua dapat menghasilkan nira sawit sebanyak 100L nira dengan proses pengepresan. Apabila dalam per hektarnya terdapat ±100 batang sawit berarti nira yang bisa dihasilkan per hektarenya adalah 10.000L/ha, dengan umur produktif tanaman ±30 tahun, luas lahan perkebunan sawit yang sudah mencapai masa replating sebanyak 3,33% dari 16,38 juta hektare (Dirjenbun, 2022) maka dapat diasumsikan terdapat 5 miliar liter nira yang bisa dimanfaatkan.
Kandungan gula total nira batang kelapa sawit tua dapat mencai 17,60% (Dr. Siti Nurdjanah, 2024 berjudul Pengembangan Teknologi Produksi Gula Cair dari Batang Sawit Tua untuk Mendukung Program Peremajaan Sawit Rakyat dalam 8th Pekan Riset Sawit Indonesia/PERISAI yang didanai oleh BPDP).
Dalam penelitiannya, Dr. Siti Nurdjanah mengatakan, tingginya kadar gula nira batang kelapa sawit tua ini dapat dijadikan bahan baku gula cair. Pemanfaatan nira batang kelapa sawit tua menjadi gula cair merupakan salah satu alternatif untuk membantu mencukupi kebutuhan gula nasional.
Sebagaimana dilaporkan oleh BPS (2022), konsumsi gula nasional mencapai 6,48 juta ton sedangkan produksi hanya 2,35 juta ton. Hal ini menjadi peluang besar untuk petani dalam mendapatkan penghasilan tambahan selama masa replanting bagi petani sawit.
Metode yang digunakan untuk produksi gula cair terdiri atas dua metode yakni: batang kelapa sawit yang tua ditebang, kemudian disadap niranya dari bagian umbut (Metode I), atau ukuran gelondongan diperkecil hingga sekitar 3m panjangnya. Kemudian batang yang telah dipotong disimpan dalam ruang penyimpanan pada suhu (25±5 °C), kelembaban relatif 75±5% selama 4 jam.
Setelah itu, batang dikupas dan dicacah menjadi partikel-partikel kecil, kemudian dipres menggunakan screw press untuk mengekstrak nira (Metode II). Nira yang diperoleh disaring dengan kain saring 200 mesh dua lapis, kemudian diuapkan hingga total padatan terlarut mencapai ≥70°brix.
Perlakuan ini menghasilkan rendemen gula cair sebesar 24%, waktu pemanasan yang dibutuhkan sekitar 135 menit. Gula cair tersebut memiliki karakteristik pH 5,5, 72°brix; kadar abu 3,17%; total gula reduksi 87,82 g/100 g; total senyawa fenolik 872,7 mg/100 g; total flavonoid 28,42 mg/100 mg; aktivitas antioksidan DPPH sebesar 80,394%; dan aktivitas antioksidan ABTS sebesar 89,300%. Perlakuan terbaik memiliki profil gula yang menunjukkan kadar glukosa, fruktosa dan sukrosa masing-masing sebesar 21,31%; 12,57%; dan 8,66%, nilai IC50 sebesar 19,44 ppm (ABTS) dan 136,36 ppm (DPPH); Hidroksimetilfulfural (HMF) dan logam berat tidak terdeteksi serta serwarna coklat bening, rasa manis, tidak memiliki aftertaste pahit, dan penerimaan keseluruhan disukai oleh panelis, nilai kalori sebesar 232,86 kkalori /100 g dengan prediksi masa simpan selama dua tahun.
Dalam penelitiannya, Dr. Siti Nurdjanah juga menemukan, nilai gizi jumlah sajian per 100 gr dari gula cair sawit ini yakni:
- Energi total = 232,86 kkal
- Lemak total = 0,02 g
- Protein = 8,65 g
- Karbohidrat total = 49,52 g
- Gula = 49,52 g
- Garam (Natrium) = 0 mg
Berdasarkan asumsi-asumsi tertentu, hasil perhitungan hasil NPV, IRR, Net B/C PBP menunjukkan bahwa usaha gula cair dari batang sawit hasil replanting ini layak dilakukan.
Gula cair kelapa sawit yang merupakan gula alami rendah kalori dengan nilai indeks glikemik sebesar 49,6 sehingga dapat menjadi alternatif pengganti gula untuk penderita obesitas dan diabetes (Siti Nurdjanah, 2024).