Beragam Manfaat dari Keunggulan Produktivitas Minyak Sawit

Keunggulan produktivitas minyak sawit memberikan beberapa manfaat seperti hemat lahan, hasil produksi melimpah, mencegah deforestasi, dan menjadi paru-paru ekosistem.

Beragam Manfaat dari Keunggulan Produktivitas Minyak Sawit
Ilustrasi minyak kelapa sawit. Kelapa sawit memiliki kemampuan produksi minyak yang jauh melampaui kemampuan tanaman minyak nabati lain.

Terdapat empat jenis tanaman penghasil minyak nabati utama yang menyumbang sekitar 90 persen dari total produksi minyak nabati dunia. Keempat tanaman minyak nabati tersebut adalah kelapa sawit, kedelai, rapeseed, dan bunga matahari (United States Department of Agriculture/USDA, 2021).

PASPI Monitor (2021) dalam jurnal berjudul Minyak Sawit adalah Minyak Nabati yang Paling Berminyak di Dunia mengatakan, kelapa sawit memiliki kemampuan produksi minyak yang jauh melampaui kemampuan tanaman minyak nabati lain. Keunggulan produktivitas minyak sawit dibandingkan minyak nabati lain memberikan beberapa manfaat seperti hemat lahan, hasil produksi melimpah, mencegah deforestasi, dan menjadi paru-paru ekosistem.

Berikut ini ulasan mengenai beragam manfaat dari keunggulan produktivitas minyak sawit tersebut yang sudah dirangkum dari laporan PASPI.

Hemat Lahan. Dalam kurun waktu dua dekade terakhir, luas areal keempat tanaman penghasil minyak nabati utama mengalami perkembangan signifikan. Berdasarkan data USDA (2021), total luas areal keempat tanaman tersebut mencapai 213,6 juta hektare pada tahun 2020 yang terdiri atas kedelai seluas 127 juta hektare; rapeseed seluas 35,5 juta hektare; bunga matahari seluas 27,6 juta hektare; dan kelapa sawit seluas 24 juta hektare.

Apabila dibandingkan dengan luas areal kelapa sawit, luas areal kedelai tercatat lebih dari lima kali lipat. Sementara itu, luas areal tanaman rapeseed hampir 1,5 kali lipat dan luas areal tanaman bunga matahari sekitar 1,2 kali lipat dibandingkan dengan luas areal kelapa sawit.

Dari total volume produksi empat besar minyak nabati dunia pada tahun 2020 yang mencapai 191,4 juta ton; sekitar 84,2 juta ton di antaranya merupakan produksi minyak sawit. Sementara itu, produksi minyak kedelai mencapai 60,3 juta ton; minyak rapeseed sebesar 27,6 juta ton; dan minyak biji bunga matahari sebesar 19,3 juta ton.

Data tersebut menunjukkan bahwa meskipun luas areal perkebunan hanya sekitar 11 persen dari total luas areal keempat tanaman penghasil minyak nabati utama, namun kelapa sawit mampu menghasilkan minyak dengan pangsa sekitar 44 persen dari total produksi minyak nabati utama dunia. Sebaliknya, kedelai yang mencakup sekitar 60 persen dari total luas areal keempat tanaman minyak nabati utama hanya mampu menghasilkan sekitar 32 persen dari total produksi minyak nabati dunia.

Hasil Produksi Melimpah. Kelapa sawit tidak hanya merupakan tanaman dengan tingkat efisiensi penggunaan lahan tertinggi, tetapi juga memiliki produktivitas minyak yang paling tinggi apabila dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lain. Berdasarkan data Oil World (2008), rata-rata produktivitas kelapa sawit (CPO+CPKO) mencapai 4,3 ton per hektare.

Sementara itu, produktivitas tanaman rapeseed, bunga matahari, dan kedelai dalam menghasilkan minyak masing-masing hanya sebesar 0,7 ton per hektare; 0,52 ton per hektare; dan 0,45 ton per hektare.

Produktivitas minyak yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit hampir 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas tanaman kedelai, delapan kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman bunga matahari, dan enam kali lipat lebih tinggi dibandingkan tanaman rapeseed.

Mencegah Deforestasi. Dalam kondisi seluruh dunia menghadapi kelangkaan dan keterbatasan lahan, minyak sawit dapat menjadi alternatif pilihan bagi masyarakat global karena lebih efisien dalam penggunaan lahan (land saving) serta memiliki tingkat produktivitas minyak nabati yang sangat tinggi.

Apabila tidak menjadikan minyak sawit sebagai pilihan utama maka setiap pengurangan produksi sebesar satu juta ton harus dikompensasi dengan pembukaan lahan (land use change) secara global berupa ekspansi tanaman kedelai seluas 2,2 juta hektare; ekspansi tanaman rapeseed seluas sekitar 1,7 juta hektare; atau ekspansi tanaman bunga matahari seluas sekitar dua juta hektare.

Hal tersebut menunjukkan bahwa substitusi minyak sawit dengan minyak nabati lain akan menyebabkan peningkatan eksploitasi lahan secara signifikan dan berpotensi mengancam biodiversitas.

Menjadi Paru-Paru Ekosistem. Produktivitas minyak yang lebih tinggi pada tanaman kelapa sawit serta morfologi tanaman yang berbentuk pohon memiliki keterkaitan erat dengan kemampuan penyediaan jasa lingkungan, khususnya dalam penyerapan karbon dioksida (carbon sink) dan produksi oksigen.

Henson (1999) dan Fairhurst (2004) mengatakan, penyerapan bersih karbon dioksida pada tanaman kelapa sawit mencapai 64,5 ton CO₂ per hektare per tahun; sementara produksi oksigen mencapai 18,7 ton O₂ per hektare per tahun.

Jika mengacu pada proporsi produktivitas minyak serta bentuk atau morfologi tanaman minyak nabati lain yakni rapeseed, kedelai, dan bunga matahari, diperkirakan kemampuan penyerapan karbon dioksida dan produksi oksigen pada ketiga tanaman tersebut lebih rendah dibandingkan kelapa sawit (PASPI, 2021).

Dengan demikian, morfologi tanaman kelapa sawit yang berbentuk pohon dan tergolong sebagai tanaman tahunan dengan siklus penanaman panjang hingga 25-30 tahun berimplikasi pada kemampuan dan kapasitas sebagai paru-paru ekosistem dunia yang lebih besar dan lebih berkelanjutan dalam jangka panjang (PASPI, 2021).