Bagaimana Kontribusi Minyak Sawit dalam Pangsa Konsumsi di China?

China harus mengimpor mengimpor sekitar 14 juta ton minyak nabati dan lemak hewani setiap tahun untuk memenuhi kebutuhan domestik atas minyak nabati dan lemak hewani.

Bagaimana Kontribusi Minyak Sawit dalam Pangsa Konsumsi di China?
Ilustrasi salah seorang pekerja di perkebunan kelapa sawit.

China merupakan salah satu negara konsumen minyak nabati dan lemak terbesar dunia. Dengan populasi penduduk lebih dari 1,3 miliar orang, China mengonsumsi minyak nabati dan lemak hewani sekitar 38 juta ton per tahun (Oil World, 2021).

Untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati dan lemak hewani tersebut, produksi minyak nabati dan lemak hewani domestik hanya mampu memenuhi sekitar 64 persen dari kebutuhan domestik akibat keterbatasan lahan dan untuk menjaga produksi biji-bijian domestik. Alhasil, China harus mengimpor sekitar 36 persen dari kebutuhan domestiknya atau mengimpor sekitar 14 juta ton minyak nabati dan lemak hewani setiap tahun (PASPI, 2024).

Konsumsi minyak nabati dan lemak hewani China mengalami dinamika dari tahun ke tahun, baik akibat pertumbuhan dan perubahan komposisi penduduk, pertumbuhan ekonomi, pergeseran demografi atau urbanisasi, perubahan preferensi masyarakat, maupun perubahan harga minyak nabati dunia (Sheng dan Song, 2019; Wang et al., 2022; Zakaria et al., 2017, 2022).

Konsumsi per kapita minyak nabati/lemak hewani China masih mengalami pertumbuhan yakni dari sekitar 23,2 kg/kapita pada tahun 2010 menjadi sekitar 27,4 kg/kapita pada tahun 2020.

Hal yang menarik dari konsumsi minyak nabati China antara lain adalah makin pentingnya minyak sawit dalam konsumsi minyak nabati China. Seiring dengan makin pentingnya minyak sawit dalam ekonomi China, tuntutan sustainability juga makin meningkat (PASPI, 2024).

Berdasarkan data Oil World (2024) yang dirangkum PASPI (2024) dalam jurnal berjudul Kontribusi Minyak Sawit dalam Konsumsi Minyak Nabati China dan Isu Sustainability, pada tahun 2000 pola konsumsi minyak nabati China masih didominasi minyak rapeseed, kemudian disusul minyak kacang tanah, lemak hewan, minyak sawit, dan minyak kedelai.

Namun pada tahun 2020, pola konsumsi minyak nabati China telah berubah di mana didominasi oleh minyak kedelai, kemudian disusul minyak sawit, minyak bunga matahari, minyak rapeseed, dan minyak kacang tanah. Perubahan pola konsumsi minyak nabati China tersebut menunjukkan bahwa minyak sawit makin penting dalam konsumsi minyak nabati China (PASPI, 2024).

Meski relatif berfluktuasi, namun konsumsi minyak sawit China menunjukkan tren yang makin meningkat. Dengan pertumbuhan konsumsi yang demikian, China saat ini menjadi negara empat tertinggi konsumen minyak sawit dunia, setelah Indonesia, India, dan Uni Eropa.

Sementara itu, berdasarkan data Industry Consultation dan MPOC Estimates yang dalam jurnal PASPI (2025), penggunaan minyak sawit terbesar di China secara berturut-turut adalah untuk industri catering, industri oleokimia, industri mie instan, industri pengolahan makanan, solid fat industry, dan industri biodiesel.

Penggunaan minyak sawit untuk industri domestik China tersebut berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi, populasi penduduk, maupun pengendalian inflasi domestik. Penggunaan minyak sawit di dalam negeri tersebut juga menunjukkan bahwa minyak sawit yang diimpor China mengalami hilirisasi terlebih dahulu di dalam negeri, baik melalui jalur hilirisasi oleofood complex, oleokimia complex, maupun biofuel complex.

Selain untuk memperoleh produk berbasis minyak sawit yang dibutuhkan China, hilirisasi minyak sawit di dalam negeri juga menciptakan kesempatan kerja atau job-creation (PASPI, 2023; PASPI Monitor, 2021a) dan penciptaan pendapatan atau income-generating (PASPI, 2023; PASPI Monitor, 2021b; PASPI, 2024).

Hasil studi European Economic (2016) mengungkapkan, hilirisasi sawit di China menciptakan kesempatan kerja sekitar 0,68 juta orang dan penciptaan pendapatan sebesar US$5,6 miliar. Setiap ton minyak sawit yang diimpor China menciptakan sekitar 115 orang kesempatan kerja dan pendapatan sekitar US$901 dari hilirisasi minyak sawit yang diimpor China.

Artinya, semakin besar minyak sawit yang diimpor China maka semakin besar kesempatan kerja dan pendapatan yang tercipta dalam perekonomian China. Dengan demikian, peran impor minyak sawit dalam ekonomi China bukan hanya sekadar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi minyak nabati (pangan), melainkan juga sebagai bahan baku industri domestik.

Hilirisasi minyak sawit di China menciptakan kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan bagi rakyat China (PASPI, 2024).