Kebutuhan Sawit di Eropa Masih Tinggi

KEMENTERIAN Perdagangan menilai kampanye negatif yang digaungkan sejumlah kalangan di Eropa tidak lebih karena persaingan usaha di sektor minyak nabati, sehingga masyarakat Eropa tetap mengkonsumsi sawit. Sebagai contoh, penggunaan produk sawit di Spanyol terbilang cukup tinggi karena selama 2017 ekspor sawit Indonesia ke Spanyol naik 45,89 persen menjadi US$1,16 miliar dibandingkan 2016. Spanyol merupakan salah satu negara yang menentang pelarangan produk sawit di Eropa.

Kebutuhan Sawit di Eropa Masih Tinggi
KEMENTERIAN Perdagangan menilai kampanye negatif yang digaungkan sejumlah kalangan di Eropa tidak lebih karena persaingan usaha di sektor minyak nabati, sehingga masyarakat Eropa tetap mengkonsumsi sawit. Sebagai contoh, penggunaan produk sawit di Spanyol terbilang cukup tinggi karena selama 2017 ekspor sawit Indonesia ke Spanyol naik 45,89 persen menjadi US$1,16 miliar dibandingkan 2016. Spanyol merupakan salah satu negara yang menentang pelarangan produk sawit di Eropa. `Mereka (Uni Eropa) sebenarnya dalam realitasnya takut. Padahal, mereka butuh banyak,` ujar Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan Arlinda di Madrid, Spanyol, (6/10/2018) sebagaimana diberitakan CNNIndoensia. Untuk menegaskan eksistensi kelapa sawit di Eropa, Asosiasi Kelapa Sawit Eropa (EPOA) belum lama ini juga menggelar Konferensi Kelapa Sawit Eropa (EPOC) 2018 di Madrid. EPOC 2018 menghasilkan kesepakatan untuk mewujudkan tindakan-tindakan serta memperkuat kampanye komunikasi untuk mendorong terwujudnya 100% sawit berkelanjutan. Delegasi Indonesia juga hadir sebagai pembicara dalam konferensi tersebut, yakni Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Duta Besar RI untuk Jerman Arif Havas Oegroseno, Bupati Musi Banyuasin, Sumatera Selatan Dodi Reza Alex, serta Gersen Sumardi Sustainability Analyst dari Wilmar Eropa. Hadir pula perwakilan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) serta stakeholder kelapa sawit lainnya. ***