Mengenal Lebih Dekat Minyak Sawit Merah!

Minyak makan merah memiliki kandungan karoten, vitamin E, dan squalene paling tinggi dibandingkan CPO, minyak goreng komersial, dan minyak zaitun.

Mengenal Lebih Dekat Minyak Sawit Merah!
Ilustrasi buah kelapa sawit.

Minyak goreng termasuk ke dalam salah satu dari sembilan bahan pokok (sembako) masyarakat Indonesia. Saat ini, memang banyak minyak goreng sawit dengan beragam merek dagang yang diperjualbelikan di Indonesia.

Meski demikian, industri sawit nasional bekerja sama dengan pemerintah terus berupaya untuk mengembangkan inovasi produk turunan berbasis minyak sawit, termasuk minyak sawit merah.

PASPI (2025) dalam laman berjudul Minyak Sawit Merah: Kandungan, Karakteristik, dan Manfaat menjelaskan, minyak sawit merah merupakan salah satu jenis minyak nabati yang diperoleh dari buah sawit (elaeis guineensis). Minyak ini berwarna merah karena memiliki kandungan karotenoid yang tinggi. Selain itu, minyak ini juga mengandung tokoferol, tokotrienol, dan asam lemak yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

Dibandingkan minyak goreng yang beredar di pasaran, minyak sawit merah mempertahankan fitonutrien dengan proses yang lebih mudah dan rendah energi. Sementara minyak sawit yang beredar di pasaran saat ini terlihat menarik secara visual, namun telah kehilangan sebagian besar fitonutrien (senyawa alami kimia yang diproduksi tanaman) yang bermanfaat bagi manusia.

Secara umum, minyak goreng yang beredar di pasaran dengan minyak sawit merah dibedakan oleh proses pengolahannya yang lebih sederhana. Berikut proses pengolahan minyak sawit merah yang dijelaskan PASPI (2025). 

PASPI (2025) juga memaparkan, minyak sawit merah memiliki banyak keunggulan dari aspek kesehatan hingga aspek ekonomi sehingga menjadi produk hilir sawit yang memberikan kontribusi besar terhadap perkebunan sawit rakyat. Berikut beberapa keunggulan dari minyak sawit merah.

1. Komposisi Fitonutrien → Minyak makan sawit merah memiliki kandungan vitamin E, provitamin A, skualena, dan komponen minor lainnya;

2. Multifungsi → Minyak sawit merah tidak hanya dapat digunakan sebagai minyak goreng, tetapi juga suplemen makanan yang bisa dikonsumsi langsung;

3. Bargaining Position → Petani sawit memiliki posisi tawar-menawar dalam mata rantai pasok kelapa sawit.

Lanza & Ninfali (2020) dan Tsimido (2003) melakukan studi terkait perbandingan komposisi fitonutrien antara minyak sawit merah dengan beberapa jenis minyak lainnya.

Dari hasil studi tersebut diketahui bahwa minyak makan merah memiliki kandungan karoten, vitamin E, dan squalene paling tinggi dibandingkan CPO, minyak goreng komersial, dan minyak zaitun. Kandungan karoten, vitamin E, dan squalene pada minyak makan merah berturut-turut yakni 753 ppm, 1016 ppm, dan 348 ppm. Sedangkan kandungan karoten, vitamin E, dan squalene pada minyak goreng komersial adalah 15-20 ppm, 323 ppm, dan 128 ppm.

PASPI (2025) dalam sumber yang sama menjelaskan, fitonutrien dalam minyak sawit merah mengandung 3 (tiga) elemen yang sangat penting bagi kesehatan tubuh, antara lain sebagai berikut:

1. Pro Vitamin A → Berperan penting dalam menjaga integritas sel epitel di mata, mengatur gen untuk hormon pertumbuhan, dan menjaga sistem imun tubuh dan mencegah terjadinya infeksi pencernaan;

2. Vitamin E → Berperan pada pertumbuhan dan perkembangan sistem saraf serta berperan sebagai antioksidan dan mencegah terjadinya infeksi penyakit pada anak;

3. Squalene → Berfungsi dalam pembentukan kolesterol baik sebagai faktor penting perkembangan otak serta membantu pembentukan asam empedu (bile acids), hormon steroid, dan oxysterol.

Perpaduan keunggulan minyak sawit merah dari komposisi fitonutrien dan multifungsinya dapat berkontribusi dalam memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan di Indonesia, memiliki potensi besar sebagai solusi dari stunting, serta sebagai alternatif minyak goreng yang sehat.

Selain itu, produk minyak sawit merah dapat berkontribusi dalam stabilitas harga TBS koperasi petani dan peluang peningkatan daya saing di pasar (PASPI, 2025).