Industri Kecantikan Peluang Besar Bagi Sektor Sawit

Industri Kecantikan Peluang Besar Bagi Sektor Sawit
Kepala Divisi UKMK BPDPKS Helmi Muhansyah. Foto: Syahrul | Reporter : Syahrul Editor : Sahril Ramadana

Pekanbaru, elaeis.co - Hilirisasi perkebunan kelapa sawit terus didorong pemerintah. Bahkan juga menjadi program pada Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Untuk melahirkan produk-produk berbasis kelapa sawit, BPDPKS terus bersinergi dengan sejumlah pihak. Tidak terkecuali asosiasi kelapa sawit dengan menghadirkan workshop atau pelatihan-pelatihan dalam memperkuat Usaha Kecil Mikro Koperasi (UKMK) kelapa sawit.

Salah satu peluang bagi pelaku usaha atau petani kelapa sawit saat ini adalah sektor kosmetik. Dimana ternyata kelapa sawit dapat menjadi bahan baku produk kosmetik kecantikan tersebut. Malah keunggulan kelapa sawit sebagai bahan baku kosmetik tersebut seperti kaya provitamin A, kaya antioksidan, serta banyak vitamin E yang bisa melembutkan kulit dan menghilangkan jerawat.

"Kalo kita bicara hilirisasi bila kita klik google dalam 0.25 detik muncul 4.140.000 temuan. Ini menunjukkan betapa saat ini hilirisasi menjadi isu yang penting," ujar Kepala Divisi UKMK BPDPKS Helmi Muhansyah dalam gelaran workshop UKMK berbasis kelapa sawit yang ditaja Aspek-PIR Riau, Senin (22/4) kemarin.

Sementara kata Helmi makro industri kosmetik seiring dengan meningkatnya populasi penduduk Indonesia berusia muda dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga penampilan dan kesehatan kulit, industri kecantikan nasional juga menjadi semakin berkembang dengan melahirkan banyak brand kosmetik lokal.

Tren penggunaan produk lokal juga menjadi indikasi meningkatnya kualitas produk yang mampu bersaing dengan berbagai brand dari luar negeri.

Dari data kemenko perekonomian, pertumbuhan jumlah industri kosmetik di Indonesia mencapai 21,94% yakni dari 913 perusahaan di tahun 2022 menjadi 1.010 perusahaan pada pertengahan 2023.

Industri kosmetik nasional juga mampu menembus pasar ekspor dimana secara kumulatif untuk periode Januari-November 2023 nilai ekspor untuk produk kosmetik, wewangian, dan essential oils tercatat mencapai USD770,8 juta.

“Dengan komposisi 9546 industri kosmetik lokal merupakan Industri Kecil dan Menengah, industri ini tercatat mampu menyerap tenaga kerja sekitar 59.886 orang pada tahun 2022," paparnya.

Kemudian lanjut Helmi, dari berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan kosmetik di Indonesia, segmen pasar terbesar didominasi segmen perawatan diri (personal care) dengan volume pasar sebesar USD3,18 miliar pada tahun 2022, disusul skincare sebesar USD2,05 miliar, kosmetik USD1,61 miliar, dan wewangian USD39 juta.

Potensi market secara nasional sendiri, pada tahun 2023 bisa mencapai 467.919 produk atau meningkat lebih dari 10 kali lipat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Sementara itu, secara global diperkirakan dapat mencapai USD473.21 miliar pada tahun 2028 dengan pertumbuhan rata-rata 5,54% per tahun.

Lebih lanjut, penjualan produk personal care dan kosmetik mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun terakhir ini di tengah masifnya perkembangan e-commerce di Indonesia. Sejak tahun 2018 hingga 2022, personal care dan kosmetik merupakan top 3 penjualan di market place, dengan nilai transaksi mencapai Rp13.287,4 triliun dan volume transaksi 145,44 juta.

"Ini lah kenapa sektor kosmetik masih menjadi peluang yang sangat besar bagi pelaku perkebunan kelapa sawit.  Kita berharap pengembangan UKMK sawit terus berkembang sehingga menciptakan produk-produk hilirisasi dari kelapa sawit," bebernya.

Dengan berpartisipasi hilirisasi skala UMKM, petani sawit akan mendapatkan manfaat dengan nilai tambah yang tinggi dari sekedar menjual TBS saja. "BPDPKS siap berkolaborasi dalam dalam Sinergi Pemberdayaan UKMK untuk menunjang dan meningkatkan kapasitas bisnis UKMK sawit," tandasnya.
Sumber