Pemerintah Inventarisasi Potensi Sumber Energi Baru Terbarukan

Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) menggelar Indonesia EBTKE ConEx tahun 2019 di Hall C, JI Expo Kemayoran Jakarta. Kegiatan yang berlangsung mulai tanggal 6 hingga 8 November 2019 ini menampilkan pameran energi baru dan terbarukan yang diikuti oleh 80 perusahaan.

Pemerintah Inventarisasi Potensi Sumber Energi Baru Terbarukan

JAKARTA-- Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) menggelar Indonesia EBTKE ConEx tahun 2019 di Hall C, JI Expo Kemayoran Jakarta. Kegiatan yang berlangsung mulai tanggal 6 hingga 8 November 2019 ini menampilkan pameran energi baru dan terbarukan yang diikuti oleh 80 perusahaan. Ajang kali ke delapan ini diresmikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.

Dalam sambutannya, Arifin menyampaikan bahwa Kementerian ESDM kembali menginventarisasi potensi sumber energi yang berasal dari Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk meningkatkan pemanfaatan EBT dalam bauran energi sebesar 23% pada tahun 2025. "Kita inventarisasi potensinya. Nah ini yang harus kita bahas bersama. Misalnya terkait kapasitas," jelas Arifin, Rabu (6/11/2019).

Pembukaan acara Indo EBTKE 2019 juga ditandai dengan sejumlah kegiatan. Antara lain penandatanganan Perjanjian Pembiayaan Pengadaan Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel untuk Pencampuran Jenis Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Solar Periode Januari-Desember 2020 antara Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dengan 19 Badan Usaha Bahan Bakar Nabati.

Selain itu digelar pula penandatanganan Nota Kesepahaman terkait pengembangan energi baru dan terbarukan oleh berbagai pihak, yakni kerja sama pihak METI dengan Universitas Syiah Kuala, Universitas Malikul Aceh, dan Universitas Darma Persadha. Nota Kesepahaman juga ditandatangani terkait Sertifikasi antara Lembaga Sertifikasi Profesi Energi Terbarukan Bidang Energi Hidro, Surya, Angin dan Bioenergi dengan Universitas Mataram, dua Badan Usaha dan Pemerintah Daerah Bali. 

Dari segi potensi, Indonesia telah memiliki 400 Giga Watt (GW) potensi listrik yang dihasilkan dari sumber EBT. Potensi ini yang selanjutnya dilihat oleh Arifin sebagai peluang bisnis baru. "Tentu saja inisiasi dari Konferensi Paris merupakan suatu peluang untuk bisa menentukan inovasi bisnis-bisnis baru yang melibatkan masalah energi," tutur Arifin.

Kehadiran kegiatan semacam IndoEBTKE Conex dinilai Arifin sebagai stimulus untuk memetakan ulang arah kebijakan pengembangan energi nasional. "Kegiatan (IndoEBTKE Conex) ini tentu saja sangat bermanfaat bagi menentukan arah pemanfaatan energi nasional. Kita memiliki banyak sumber-sumber energi yang harus kita utilisasikan," jelasnya.

Arifin menekankan perlu ada perencanaan yang matang untuk bisa meningkatkan potensi EBT ini. Ia berharap porsi EBT pada Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) ke depan bisa lebih ditingkatkan dan tepat sasaran. "Masih kecil sekali. Makanya kita harus buat perencanaan upaya untuk optimalkan," katanya.

Untuk itu, Arifin sangat membuka diri terhadap masukan dari para stakeholder terkait. "Saya membuka seluas-luasnya bagaimana mendorong ide-ide terbaik yang bisa mendorong pertumbuhan EBT," ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Surya Darma menjelaskan, pameran ini bisa jadi potensi menggaet investor dalam industri energi terbarukan lebih banyak lagi. "Diharapkan pameran ini bisa jadi wadah untuk meningkatkan iklim investasi dan menarik investor, serta memberikan masa depan terbarukan bagi generasi milenial," tandas Surya. *** (Press Release Kementerian ESDM)